TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Terpilih Joe Biden dikabarkan menimbang sejumlah opsi untuk merespon perkara peretasan besar-besaran ke lembaga pemerintah yang diyakini oleh Rusia. Opsi yang dipertimbangkan mulai dari pemberian sanksi finansial hingga balasan serupa yaitu peretasan.
Dikutip dari kantor berita Reuters, Ahad, 20 Desember 2020, Joe Biden memang sengaja meminta respon yang tegas. Hal itu, menurut salah seorang pejabat pemerintah yang mengetahuinya, untuk memberikan efek jera dan dampak ekonomi terhadap pelaku peretasan serta penyokongnya. Walau begitu, ia mengatakan Joe Biden juga menimbang apa dampak respon tersebut terhadap hubungan Amerika - Rusia.
"Tindakan apapun, termasuk membalas serangan siber, diciptakan untuk mencegah atau bahkan menghilangkan potensi peretasan serupa di kemudian hari," ujar pejabat tersebut, yang enggan disebutkan namanya.
Diberitakan sebelumnya, isu peretasan tersebut bermula dari laporan Reuters yang mengatakan peretas Rusia membajak sistem developer piranti lunak SolarWinds Corps untuk membobol pertahanan lembaga-lembaga yang memakai produknya. Gawatnya, pemakai produk SolarWinds Corp kebanyakan adalah lembaga pemerintah.
Pembobolan dilakukan dengan memasukkan kode berbahaya ke file pembaharuan SolarWinds Corp yang rutin dikirim ke pelanggannya. Dianggap sebagai pembaharuan biasa, kode-kode itu dengan mulus masuk ke sistem lembaga pemerintahan Amerika yang memungkinkan peretas untuk mengambil alih dari jauh.
Skala dari peretasan itu masih ditelusuri hingga sekarang. Menurut Microsoft, dari 40 lembaga yang diretas, 80 persen di antaranya adalah milik Amerika. Beberapa yang kebobolan adalah Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Energi.
Inkumben Presiden Amerika Donald Trump menganggap peretasan yang terjadi tidak separah yang dikatakan banyak orang. Menurutnya, media saja yang membesar-besarkan kabar itu. Ia bahkan mengklaim situasinya masih terkendali dan pelaku peretasan kemungkinan adalah Cina dan bukan Rusia.
The Cyber Hack is far greater in the Fake News Media than in actuality. I have been fully briefed and everything is well under control. Russia, Russia, Russia is the priority chant when anything happens because Lamestream is, for mostly financial reasons, petrified of....
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) December 19, 2020
Joe Biden, pada Kamis lalu, sudah mengatakan bahwa dirinya akan mengambil tindakan soal peretasan tersebut. Pelaku, kata ia, akan diminta pertanggungjawaban. Namun, saat itu, Joe Biden hanya menimbang opsi sanksi, bukan balasan serupa.
"Mereka akan dimintai pertanggungjawaban lewat sanksi finansial, baik untuk individu maupun lembaga," ujar Joe Biden.
Pakar keamanan siber dari Pusat Kajian Strategis dan International (CSIS), James Andrew Lewis, berharap Joe Biden serius dengan ucapannya dan tidak mengambil langkah simbolis. Sebab, kata ia, hal itu tidak akan ada gunannya. Selain itu, Joe Biden juga disarankan berkoordinasi dengan para negara sekutunya dan mulai mempelajari lingkup intelijen Amerika sebelum mengambil keputusan.
"Mereka perlu membuat Rusia tahu bahwa Amerika akan membalas," ujar Lewis.
Juru bicara tim transisi Joe Biden, hingga berita ini ditulis, belum memberikan komentar secara detil. Sebagai catatan, Joe Biden sempat tertinggal dalam hal intelijen di Amerika karena transisi ke pemerintahannya terhalang upaya hukum Donald Trump. Seharusnya, sejak menang Pilpres Amerika, ia sudah menerima laporan intelijen harian.
Rusia, di sisi lain, membantah terlibat peretasan tersebut.
ISTMAN MP | REUTERS