TEMPO.CO, Jakarta - Uni Eropa menyatakan pada Jumat kemarin bahwa pihaknya dan Inggris hanya memiliki waktu kurang dari 48 jam untuk segera menentukan sikap soal Brexit. Menurut negosiator Brexit Uni Eropa, Michel Barnier, pintu untuk mufakat terbuka, namun sangat sempit. Untuk bisa mencapainya, kata ia, diperlukan kesiapan kedua kubu untuk berkompromi.
"Inilah faktanya. Ada kesempatan untuk mencapai kesepakatan, namun jalan menuju ke sana sungguh sempit," ujar Barnier, dikutip dari kantor berita Reuters, Sabtu, 19 Desember 2020.
Diberitakan sebelumnya, masa transisi Brexit akan berakhir pada 31 Desember nanti. Sebelum tanggal itu tiba, Inggris dan Uni Eropa harus segera menentukan sikap soal kelanjutan hubungan mereka. Jika tidak, maka Brexit akan berakhir tanpa kesepakatan atau No Deal. Status itu berusaha dihindari kedua kubu karena ada nilai dagang triliunan yang dipertaruhkan.
Hingga berita ini ditulis, negosiasi Brexit selalu rumit di dua isu. Isu pertama soal kesetaraan perdagangan atau disebut juga Level Playing Field. Inggris menginginkan akses ke pasar tunggal Eropa dan Eropa menyanggupinya asal Inggris memperlakukan mereka dengan sama.
Hal tersebut, menurut Uni Eropa, termasuk Inggris tidak boleh memberi bantuan dalam bentuk apapun ke pengusaha-pengusaha lokal. Sebab, Eropa khawatir hal itu akan memberikan keunggulan pada pengusaha Inggris di wilayah Uni Eropa. Selain itu, Inggris tidak boleh memainkan harga serta kualitas produk dan jasanya sesuka hati yang bisa merusak pasar Uni Eropa.
Setelah Level Playing Field, isu kedua adalah soal perikanan. Eropa ingin mendapat akses ke wilayah perikanan Inggris yang dianggap salah satu terbaik di dunia. Namun, Inggris tidak ingin memberikan akses yang terlalu lengang kepada Uni Eropa. Mereka khawatir hal itu akan merugikan para nelayan-nelayan lokal.
Kesepakatan soal kedua isu itu seharusnya dicapai pekan lalu. Namun, Inggris dan Uni Eropa memutuskan untuk memperpanjangnya karena hal yang dipertaruhkan terlalu besar. Belum diketahui apakah Inggris dan Uni Eropa akan memperpanjangnya lagi hingga akhir masa transisi jika pembahasan kali ini tetap buntu.
PM Inggris, Boris Johnson, berkata bahwa dirinya terbuka untuk negosiasi dilanjutkan. Namun, merespon pernyataan Barnier, ia tidak mau Inggris berkompromi terlalu banyak soal perdagangan dan perikanannya. Ia memandang keduanya elemen penting untuk mewujudkan visinya soal Inggris yang lebih independen dan gesit.
"Pintu kami terbuka untuk negosiasi, namun perlu saya akui kalau situasinya sulit. Kami berharap kawan-kawan kami di Uni Eropa menyadarinya dan menawarkan solusi ke meja negosiasi," ujar Boris Johnson. Boris Johnson memperkirakan negosiasi akan diperpanjang lagi hingga Natal jika titik temu mulai jelas.
Jika kesepakatan tak tercapai, ada banyak hal yang harus diperhitungkan baik Inggris maupun Uni Eropa. Salah satunya, rantai pasokan akan terganggu. Selain itu, perdagangan akan jadi lebih lamban karena banyaknya dokumen-dokumen yang harus ditangani plus tak lagi gratis.
ISTMAN MP | REUTERS