TEMPO.CO, - Koalisi komunitas Muslim Amerika Serikat mendesak Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) bersuara tentang dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan pemerintah Cina kepada etnis Uighur. Mereka menuding negara-negara OKI takut dengan Cina lantaran selama ini bungkam.
"Sangat jelas bahwa Cina memiliki cengkeraman ekonomi di dunia Muslim dan telah mampu mengisolasi setiap negara Muslim ke dalam ketakutan bahkan memberikan basa-basi untuk perjuangan Uighur," kata Omar Sulieman, seorang sarjana Muslim Amerika dan aktivis HAM dikutip dari Al-Araby, Jumat, 18 Desember 2020.
OKI yang terdiri dari 57 negara mayoritas Muslim selama ini kerap bersuara terhadap isu-isu seperti konflik Palestina-Israel, India-Pakistan, atau saat ada kabar penindasan terhadap orang Islam. Namun organisasi yang bermarkas di Arab Saudi ini belum menyuarakan kekhawatiran atas penahanan satu juta warga Uighur di kamp-kamp konsentrasi di Xinjiang, Cina.
Dalam resolusi Maret 2019, OKI justru mengatakan pihaknya memuji upaya Republik Rakyat Cina dalam memberikan perawatan kepada warga Muslim.
Amerika Serikat, yang hubungannya dengan Cina sedang memanas, menyamakan perlakuan terhadap Uighur dengan tindakan Nazi Jerman dan menyuarakan kekecewaan karena OKI belum angkat bicara.
Kritik terhadap Cina juga datang dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Sementara pemerintah Malaysia memutuskan tidak akan mengekstradisi orang Uighur kembali ke Cina.
Cina membantah membangun kamp konsentrasi. Mereka mengklaim kamp-kamp itu sebagai pusat pelatihan kejuruan untuk warga Uighur dan berupaya mengurangi daya ekstremisme Islam.
AL ARABY
https://english.alaraby.co.uk/english/news/2020/12/18/us-muslims-press-organization-of-islamic-cooperation-on-china