TEMPO.CO, Jakarta - Sebulan menjelang pelantikannya sebagai Presiden Amerika ke-46, Joe Biden mulai mempersiapkan segala hal yang ia butuhkan untuk mempermulus pemerintahannya. Selain melengkapi kabinetnya, ia juga mulai menyusun protokol kesehatan untuk memastikan ia dan stafnya terlindungi dari virus COVID-19 di Gedung Putih.
Joe Biden belajar dari kasus inkumben Presiden Amerika Donald Trump. Trump dan beberapa stafnya tertular COVID-19 beberapa bulan terakhir. Donald Trump bahkan sempat masuk rumah sakit selama beberapa hari akibat tertular COVID-19.
Dikutip dari kantor berita Al Jazeera, Kamis, 17 Desember 2020, ada beberapa hal yang akan diubah oleh tim Joe Biden soal protokol kesehatan di Gedung Putih. Salah satu di antaranya soal penyelenggaraan acara. Tim Joe Biden akan membatasi jumlah acara di sana berikut jumlah pesertanya.
Pada pemerintahan Donald Trump, Gedung Putih tergolong rutin menggelar acara, bahkan di masa pandemi sekalipun. Satu acara bisa melibatkan puluhan hingga ratusan orang di mana mereka rata-rata tidak diwajibkan mengenakan masker. Salah satu contohnya bisa dilihat pada pidato Pilpres Amerika Donald Trump di mana staf dan warga dibiarkan berkumpul begitu saja tanpa protokol kesehatan yang mumpuni.
Salain penyesuaian penyelenggaraan acara di Gedung Putih, tim Joe Biden juga akan mewajibkan penggunaan masker serta test secara berkala. Di pemerintahan Donald Trump, walau test secara berkala sudah digelar, masker bersifat opsional. Menurut Donald Trump, jika staf tidak ingin memakainya dan merasa sehat, maka staf tak perlu memakai masker.
"Resiko-resiko yang ada bisa dimitigasi selama mengacu pada masukan-masukan sains mulai dari menggelar acara yang lebih aman, masker, dan tes berkala," ujar tim transisi Joe Biden, dilansir dari Al Jazeera.
Joe Biden juga ingin mengurangi jumlah staf yang bekerja secara langsung di Gedung Putih. Menurut tim transisinya, ia ingin staf-staf diperbolehkan bekerja dari rumah agar tidak terjadi penumpukan di Gedung Putih. Tantangan untuk hal ini, menurut tim transisi Joe Biden, adalah memastikan komunikasi eksternal dan internal berlangsung aman. Perihal pengalaman tim Joe Biden sudah melakukannya sejak Maret lalu.
Selama ini Gedung Putih tidak memperbolehkan stafnya menggunakan aplikasi video conference populer seperti Skype, Zoom, ataupun Google Meet. Bahkan, dalam satu periode, telepon genggam staf Gedung Putih harus yang disediakan pemerintah dan hanya bisa dipakai mengirim SMS. Aplikasi-aplikasi ppopuler itu dianggap rentan diretas. Alhasil, untuk memfasilitasi keinginan Joe Biden, Gedung Putih perlu mengembangkan aplikasi internal.
Terakhir, tim Joe Biden juga akan melakukan pembersihan secara menyeluruh di Gedung Putih, beberapa jam setelah Donald Trump mengosongkan tempat kerjanya. Hal itu mulai dari sistem ventilasi hingga bagian kecil seperti gagang pintu. Hal itu diperkirakan akan membutuhkan waktu 5-6 jam, melibatkan seluruh staf rumah tangga Gedung Putih.
Sesungguhnya, sistem ventilasi Gedung Putih sudah tergolong aman. Sistem tersebut dikembangkan untuk mencegah ancaman biologis maupun kimiawi. Namun, dikutip dari Al Jazeera, tim transisi Joe Biden tidak mau mengambil resiko.
"Dua hal yang harus diperhatikan adalah pembersihan bagian yang kerap disentuh, seperti gagang pintu, dan transmisi via aerosol...Memiliki sistem pergantian, filter, serta ventilais udara yang bagus akan menjadi kunci dalam pembersihan dan masuknya keluarga Presiden Amerika yang baru," ujar pakar medis dari Harvard Medical School, Abraar Karan.
ISTMAN MP| AL JAZEERA