TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga memutuskan untuk menghentikan sementara program travel bersubsidi ‘Go To Travel’ selama tahun baru menyusul naiknya kasus-kasus baru virus corona. Aturan ini berlaku secara nasional.
Keputusan itu diambil oleh Suga setelah dia mendapat penilaian yang kurang memuaskan terkait caranya menangani pandemi virus corona. Dalam sebuah pertemuan yang membahas soal virus corona, Senin, 14 Desember 2020, Suga mengatakan dia akan memutuskan untuk sementara waktu menghentikan program ‘Go To Travel’ terhitung mulai 28 Desember sampai 11 Januari 2020.
Presiden kapal pesiar Princess Cruises, Jan Swartz ( tengah) menyapa seorang penumpang dengan cara membungkuk setelah berakhirnya masa karantina wabah penyakit coronavirus (COVID-19), di dermaga di Yokohama, Jepang, 20 Februari 2020 Princess Cruises via REUTERS
Suga juga mengatakan Ibu Kota Tokyo, Osaka, Sapporo dan Nagoya akan dihapus dulu sebagai tempat tujuan wisata lokal dalam kampanye ‘Go To Travel’ sampai 27 Desember 2020. Kota-kota tersebut mengalami kenaikan infeksi virus corona. Sebaliknya, Suga mendesak pelancong saat meninggalkan kota-kota tidak menggunakan kampanye travel bersubsidi.
“Kami akan mengambil tindakan maksimal untuk mencegah penyebaran lebih lanjut pada akhir tahun dan malam tahun baru untuk melonggarkan beban institusi medis dan memastikan setiap orang menghabiskan malam tahun baru yang tenang,” kata Suga.
Penghentian sementara kampanye ini adalah sebuah perubahan strategi yang sangat besar dalam pemerintahan Suga. Sebelumnya Suga berpendapat kampanye ‘Go To Travel’ bisa menghidupkan kembali perekonomian, namun kritikus menyebut ini hanya akan mendorong virus corona menyebar.