TEMPO.CO, Jakarta - Staf Gedung Putih, terutama mereka yang bekerja dekat dengan Presiden Donald Trump, dikabarkan ikut diprioritaskan dalam vaksinasi COVID-19 tahap pertama. Hal tersebut, dikutip dari New York Times, untuk mencegah ada lagi pejabat Gedung Putih yang tertular COVID-19 di pekan-pekan terakhir administrasi Donald Trump.
"Harapannya, semua staf Gedung Putih akan mendapat vaksin tersebut. Namun, vaksinasi akan dimulai dulu dari pejabat-pejabat senior yang bekerja di sekeliling presiden," ujar salah satu sumber di pemerintahan, yang diwawancarai New York Times, Senin, 14 Desember 2020.
Baca juga:
Hingga berita ini ditulis, belum diketahui berapa alokasi vaksin COVID-19 buatan Pfizer yang akan tersedia ataupun dibutuhkan untuk Gedung Putih. Sebagaimana diketahui, ada banyak pejabat Gedung Putih yang dinyatakan tertular COVID-19. Bahkan, salah satunya adalah Donald Trump sendiri walaupun Donald Trump kemudian mengklaim dirinya telah kebal.
Beberapa pejabat Gedung Putih yang diketahui tertular Covid-19 adalah Sekretaris Pers Kayleigh McEnany, Kepala Staf Kepresidenan Mark Meadows, Penasehat Pemerintah Hope Hicks, Staf Kantor Pers Chad Gilmartin, dan masih banyak lagi. Sebagian besar dari mereka sudah menjalani perawatan dan isolasi sehingga bisa kembali bekerja.
Di Gedung Putih, beberapa pejabat Donald Trump tidak membenarkan ataupun membantah kabar vaksinasi tersebut. Mereka mengatakan bahwa jika mereka ditawari vaksin COVID-19, maka mereka akan menimbangnya. Beberapa dari mereka khawatir menerima vaksin COVID-19 di distribusi tahap pertama akan memberikan pesan yang salah bahwa mereka mencoba melindungi Donald Trump.
Oleh Partai Demokrat, kabar staf Gedung Putih akan menerima vaksin COVID-19 lebih dulu menjadi bahan kritik mereka. Menurut mereka, hal itu sama saja dengan mengesampingkan sejumlah pekerja medis atau lansia yang masuk dalam daftar prioritas utama vaksinasi COVID-19. Dan, mereka pun beranggapan pejabat Gedung Putih tak pantas diprioritaskan karena upaya mereka yang buruk dalam menangani pandemi COVID-19.
"Pemerintah Pusat tidak akan berhasil mengcover seluruh pekerja medis pada distribusi pertama vaksin COVID-19, sementara staf Gedung Putih yang menyepelekan virus diperbolehkan memotong antrian," ujar Tim Hogan, konsultan Demokrat.
"Ini adalah penghinaan terhadap perawat dan dokter di garis depan oleh pemerintahan Donald Trump," ujarnya menambahkan.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Ulyot, secara terpisah, tidak bia mengkonfirmasi apakah pemberian vaksin COVID-19 tersebut mengikutkan mereka yang sudah sembuh juga seperti Donald Trump. Namun, dikutip dari Reuters, ia menyatakan bahwa anggota Kongres dan Parlemen juga akan mendapat vaksin COVID-19 di mana hal itu mengacu pada Kebijakan Keberlanjutan Pemerintahan yang disusun administrasi mantan presiden Barack Obama.
"Warga Amerika tidak perlu khawatir karena mereka akan menerima vaksin COVID-19 yang sama aman dan efektif dengan yang akan diterima para pejabat senior Pemerintah Amerika, tentunya berdasarkan masukan dari pakar medis dan kepala keamanan nasional," ujar Ullyot. Sementara itu, juru bicara Gedung Putih tidak merespon upaya konfirmasi.
Per berita ini ditulis, distribusi pertama vaksin COVID-19 dari Pfizer sudah berjalan. Vaksin tersebut mulai diantarkan ke 50 negara bagian dari fasilitas penyimpanan di Michigan. Total dosis, untuk distribusi tahap pertama, ada 6,4 juta. Apabila mengacu pada vaksinasi di Inggris, maka dosis itu akan cukup untuk 3,2 juta warga Amerika.
Amerika mencatatkan 16,7 juta kasus dan 306 ribu kematian akibat COVID-19 per Ahad kemarin.
ISTMAN MP | NEW YORK TIMES | REUTERS