TEMPO.CO, Jakarta - Front Polisario, kelompok yang telah berjuang puluhan tahun untuk kemerdekaan Sahara Barat, mengutuk keras keputusan Amerika Serikat pada Kamis untuk mengakui klaim Maroko atas wilayah gurun itu sebagai imbalan normalisasi hubungan dengan Israel.
Amerika Serikat mengatakan mengakui klaim Maroko atas Sahara Barat sebagai bagian dari kesepakatan di mana Maroko setuju untuk menormalisasi hubungannya dengan Israel.
"Pengakuan itu....adalah pelanggaran terang-terangan atas piagam PBB dan resolusi legitimasi internasional," kata Front Polisario dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, 11 Desember 2020.
Langkah tersebut, kata Front Polisario, telah menghalangi upaya komunitas internasional untuk menemukan solusi atas konflik tersebut.
"Ini tidak akan mengubah satu inci pun dari realitas konflik dan hak rakyat Sahara Barat untuk menentukan nasib sendiri," kata Perwakilan Polisario dari Eropa, Oubi Bechraya.
"Itu juga tidak akan mengubah tekad para Sahrawi di bawah kepemimpinan Front Polisario untuk melanjutkan perjuangan mereka," tegas Bechraya.
Aljazair, yang menampung pejuang Polisario dan kamp pengungsi Sahrawi, tidak segera mengomentari sikap AS.
Sidi Brahim Mohamed Embarek, berbicara dengan wartawan Reuters diatas bangkai pesawat Maroko F-5, yang ditembak jatuh oleh Polisario pada peperatanga tahun 1991 di barat Sahara, Tifariti, 9 September 2016. Ketegangan di gurun Sahara kembali mencuat setelah munculnya Pasukan Sahrawi. REUTERS/ Zohra Bensemra
Pemerintahan Donald Trump mengumumkan bahwa AS mengakui kedaulatan Maroko atas seluruh wilayah Sahara Barat. Pengakuan ini membalikkan kebijakan AS sebelumnya dan merupakan kemenangan besar bagi pemerintah Maroko, tetapi mengabaikan seruan kemerdekaan penduduk Sahrawi yang menuduh pemerintah Maroko mempersekusi mereka, CNN melaporkan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyambut baik perjanjian perdamaian "bersejarah" antara Israel dan Maroko, sembari memuji Trump atas upayanya untuk normalisasi kedua pihak.
Maroko pernah menjadi rumah bagi salah satu populasi Yahudi terbesar di Timur Tengah dan Afrika Utara, sebagian besar melarikan diri ke Eropa dan AS setelah Israel mendeklarasikan kemerdekaan pada 1948, membuat banyak orang Yahudi di negara-negara Arab khawatir akan keselamatan mereka. Normalisasi ini dapat mendorong banyak orang Yahudi Maroko untuk mengunjungi tanah air leluhur mereka karena sekarang termasuk Israel.
Maroko adalah rumah leluhur dari hampir 1 juta orang Yahudi Israel dan Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita mengatakan 70.000 orang Israel mengunjungi Maroko tahun lalu, Reuters melaporkan. Maroko sempat membuka kantor penghubung di Israel pada tahun 1994, tetapi menutupnya pada tahun 2002 selama Intifada kedua atau kebangkitan pemberontakan Palestina.
Paus Fransiskus dan Raja Maroko menyerukan agar Yerusalem terbuka bagi seluruh jamaah dari berbagai agama yang ingin beribadah ke sana. Sumber: www.moroccoworldnews.com
Dukungan Washington untuk kedaulatan Maroko atas wilayah gurun Sahara Barat merupakan konsesi kebijakan terbesar yang telah dibuat Amerika Serikat sejauh ini dalam upayanya untuk memenangkan pengakuan Arab atas Israel.
Bagi Raja Mohammed VI, pengakuan itu telah mengalahkan semua ketakutan akan kemarahan orang Maroko yang mendukung hak-hak Palestina, atau merusak citranya sebagai pembela umat Islam di antara Muslim konservatif dengan berdamai dengan negara Israel yang telah mencaplok Yerusalem Timur.
Dalam konferensi pers untuk mengumumkan keputusan dalam proklamasi kerajaan, Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita memperingatkan bahwa mereka yang mengkritik kesepakatan ini menentang kedaulatan Maroko atas Sahara.
Kesepakatan itu muncul pada momen penting dalam konflik lama di Sahara Barat antara Maroko dan gerakan kemerdekaan Front Polisario yang didukung Aljazair, yang meletus lagi bulan lalu setelah tiga puluh tahun gencatan senjata.
Langkah AS mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat tidak diikuti negara-negara Barat lainnya dan atau Perserikatan Bangsa-Bangsa. PBB mengatakan pendiriannya atas Sahara Barat tidak berubah, Reuters melaporkan.
Namun, normalisasi dengan Israel menambah momentum untuk kampanye diplomatik Maroko yang telah meningkat tahun ini dan sejauh ini telah menyebabkan 17 negara Afrika dan Arab membuka konsulat di Sahara Barat.
Front Polisario, yang menarik diri dari kesepakatan gencatan senjata 1991 bulan lalu menyusul insiden perbatasan yang melibatkan pendukungnya dan pasukan Maroko, mengatakan perjuangan gerilya akan terus berlanjut.
Tiga dekade setelah gencatan senjata itu, militer Maroko telah mengembangkan kekuatan dan kemampuan teknologinya dengan bantuan AS. Saat ini sedang menegosiasikan pembelian drone baru dengan Washington.
Meskipun Front Polisario telah mengumumkan pemboman terus-menerus atas pertahanan perbatasan Maroko jauh di gurun sejak berhenti dari gencatan senjata, tidak ada pihak yang melaporkan adanya kematian akibat pertempuran.
Sumber:
https://uk.reuters.com/article/uk-israel-usa-morocco-polisario/polisario-front-condemns-u-s-backing-of-moroccan-claim-to-western-sahara-idUKKBN28K2N5
https://uk.reuters.com/article/uk-israel-usa-morocco-westernsahara-anal/analysis-washingtons-western-sahara-pledge-the-ultimate-prize-for-morocco-idUKKBN28K376
https://edition.cnn.com/2020/12/10/politics/trump-israel-morocco/index.html