TEMPO.CO, - Agama Islam mengajarkan seorang Muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani, disalati, dan dimakamkan. Namun di Myanmar, di tengah pandemi virus corona, jenazah pasien Covid-19 mungkin tak akan sampai pemakaman melainkan bakal masuk ruang krematorium.
Hal ini membuat Sithu Aung, 23 tahun, memutuskan meninggalkan pekerjaannya sebagai pemilik toko dan bergabung dengan kelompok relawan lokal. Bersama 14 rekannya, ia berkeliling Kota Yangon untuk memakamkan jenazah muslim Covid-19 sesuai tata cara Islam.
Selama beberapa bulan terakhir, ia dan koleganya rela tinggal di pemakaman, jauh dari keluarga mereka, dan menghabiskan hari-harinya untuk mengumpulkan jenazah dari rumah sakit dan pusat karantina Yangon. Tanpa kehadiran mereka, jenazah akan dikremasi, suatu praktik yang biasa dilakukan di negara mayoritas Buddha tetapi dilarang keras menurut hukum Islam.
Berkat mereka, jenazah muslim Covid-19 di Yangon akan mendapatkan pemakaman sesuai tata cara Islam. "Saya mendapatkan kepuasan dari kebahagiaan keluarga mereka dan mengetahui bahwa Allah melihat apa yang kami lakukan," katanya kepada AFP dikutip dari Channel News Asia, Kamis, 10 Desember 2020.
"Itu sebabnya kami mempertaruhkan hidup kami untuk melakukan pekerjaan ini," ucap dia.
Komunitas Muslim Yangon berjumlah sekitar 350 ribu atau tujuh persen dari populasi kota. Sejumlah asosiasi Muslim telah menyediakan tiga ambulans, dua mobil dan persediaan makanan bagi para sukarelawan.
Berbalut pakaian pelindung penuh, sarung tangan karet, kacamata dan pelindung wajah plastik, Sithu Aung dan rekannya bekerja bergilir sepanjang waktu. Mereka melewati jalan setapak, melalui jalan-jalan yang macet di Yangon, Myanmar, dengan lampu darurat dan sirene yang berkedip, untuk membawa jenazah muslim Covid-19 ke tempat peristirahatan terakhirnya.
CHANNEL NEWS ASIA
https://www.channelnewsasia.com/news/asia/myanmar-yangon-muslim-covid-19-volunteers-13741012