TEMPO.CO, - Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan negaranya siap kembali patuh pada perjanjian nuklir 2015 setelah negara lain menghormati komitmen mereka.
"Segera setelah 5 + 1 atau 4 + 1 melanjutkan semua komitmen mereka, kami akan melanjutkan semua komitmen kami," kata Rouhani dikutip dari Arab News, Kamis, 10 Desember 2020.
Maksud dari 5+1 merujuk pada lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak veto, yakni Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Prancis, dan Cina. Serta satu negara lain, yakni Jerman yang mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran.
Namun Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mundur dari perjanjian tersebut pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi sepihak yang melumpuhkan Iran.
Presiden terpilih AS Joe Biden telah menyatakan kesiapan untuk kembali ke perjanjian tersebut. Namun semenjak AS mundur dan menerapkan sanksi Iran tak lagi mematuhi kesepakatan itu.
"Saya sudah mengatakannya sebelumnya - tidak butuh waktu (Iran kembali ke perjanjian nuklir), ini hanya masalah kemauan," kata Rouhani.
Namun langkah Rouhani ini bakal berhadapan dengan para anggota parlemen konservatif. Rouhani menjelaskan sikap ini ia ambil untuk memanfaatkan pergantian presiden AS pada Januari mendatang.
Sebelumnya parlemen Iran mengesahkan undang-undang yang mewajibkan pemerintah meningkatkan pengayaan uranium hingga 20 persen, jauh di atas batas 3,67 persen yang disepakati dalam perjanjian nuklir 2015. Rouhani hingga kini belum menandatangani UU tersebut.
Sebagai desakan bagi presiden, Dewan Penjaga, yang menengahi perselisihan antara parlemen dan pemerintah, menyetujui RUU itu pekan lalu. Namun dalam komentarnya Rouhani terkesan ogah buru-buru menandatangani UU itu. "Sangat penting bagi kami untuk berbicara dengan satu suara," kata presiden kepada para menteri.
ARAB NEWS
https://www.arabnews.com/node/1774786