TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Turki memutuskan untuk tidak membeli vaksin COVID-19 buatan Rusia. Dikutip dari kantor berita Reuters, keputusan itu diambil karena vaksin buatan Rusia tidak teruji dengan baik di laboratorium.
"Rusia gagal memenuhi hal tersebut. Oleh karenanya, tidak mungkin bagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan dunia untuk membeli vaksin tersebut. Bagi kami, juga tidak mungkin kami mengesahkan vaksin itu," ujar Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca, Rabu, 9 Desember 2020.
Koca tidak menyebutkan secara spesifik vaksin apa yang ia maksud. Namun, sejauh ini, hanya ada satu vaksin COVID-19 yang sudah disetujui pemerintah Rusia yaitu Sputnik V. Persetujuan itu diberikan oleh Presiden Vladimir Putin bahkan sebelum uji klinis tahap terakhir dilakukan.
Turki sempat dikabarkan mencoba menguji vaksin COVID-19 Sputnik V garapan Rusia. Uji tersebut bahkan sudah sampai tahap ketiga. Namun, Turki belum pernah menyampaikan perkembangannya hingga berita ini ditulis.
Untuk sementara ini, vaksin yang sudah dipastikan akan dibeli Turki adalah buatan Sinovac. Vaksin COVID-19 tersebut adalah buatan Cina dan Turki membeli kurang lebih 50 juta dosis. Harapan Turki, vaksin COVID-19 Sinovac sudah bisa didistribusikan ke warga pada Desember ini.
"Kami menargetkan 50 juta warga telah divaksin per April tahun depan," ujar Koca. Koca menambahkan, Turki juga berupaya menambah suplai vaksinnya dengan mengupayakan pembelian 25 juta vaksin COVID-19 buatan Pfizer dan BioNTech.
"Mereka bilang bakal memberi kami 25 juta dosis per akhir 2021. Kami mengupayakan untuk memajukannya ke musim panas. Ibarat kebakaran, pandemi ini harus segera dipadamkan," ujar Koca.
Terakhir, Koca mengatakan bahwa dirinya tidak akan membayar vaksin COVID-19 buatan Sinovac apabila hasilnya tidak sesuai harapan. Hal itu, kata Koca, sudah tertulis di kontrak bahwa Turki bisa mengembalikan suplai yang didapat tanpa membayar sepeserpun apabila terbukti tidak efektif.
Pihak Rusia belum mau berkomentar soal penolakan dari Turki.
ISTMAN MP | REUTERS