TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang kajian vaksin dari Pfizer oleh badan regulator obat-obatan, negara-negara bagian Amerika mulai menyusun rencana vaksinasi COVID-19 mereka. Namun, mengacu pada laporan kantor berita Reuters, negara-negara bagian Amerika masih kurang kompak dalam menentukan siapa yang pantas menerima vaksin lebih dulu.
Sejauh ini, daftar teratas dalam skala prioritas adalah petugas medis dan lansia, terutama yang tengah dirawat. Nah, siapa yang diprioritaskan setelah mereka itulah yang menjadi masalah. Berbagai industri saling klaim bahwa pekerja mereka lebih pantas diprioritaskan dan negara-negara bagian tak kunjung mengambil sikap tegas.
"Beberapa negara bagian ada yang secara spesifik menempatkan kelompok pekerja dari sektor tertentu. Di negara bagian lain, ada yang tidak memberikan keterangan jelas," dikutip dari Reuters, Rabu, 9 Desember 2020.
Awalnya, mayoritas negara bagian seragam memprioritaskan para pekerja di industri pangan. Sebab, mereka lah yang menyediakan daging ataupun makanan olahan untuk penduduk Amerika. Namun, seiring berjalannya waktu, beberapa negara bagian mulai bergeser ke sektor lain atau, seperti dikatakan di atas, tidak memberikan preferensi sama sekali.
Seorang pengendara sepeda melintasi Times Square di New York, Amerika Serikat (AS), pada 28 September 2020. Per tanggal 30 September 2020, Indonesia mencatat 287.008 kasus, dengan jumlah pasien sembuh 214.947, dan meninggal 10.740. (Xinhua/Wang Ying)
Problem itu dipicu lobi-lobi pelaku industri atau serikat pekerja dari berbagai sektor. Mereka saling berdebat soal siapa yang lebih pantas menerima vaksin COVID-19 duluan. Hal itu menyulitkan negara bagian untuk menentukan sikap.
Menurut laporan Reuters, setidaknya ada 20 sektor industri yang saling berebut antrian di daftar penerima vaksin COVID-19 Amerika. Mereka mulai dari sektor makanan, kebersihan, manufaktur, transportasi, hingga logistik. Perusahaan ride hailing (ojek online) seperti Uber pun ikut berebut di dalamnya. Semua memiliki pembelaan masing-masing soal kenapa perlu diprioritaskan
"Di Colorado, kami dari industri pengemasan dan pengolahan daging tidak berada di barisan atas. Kami akan berupaya mengubah itu agar kami tidak jatuh ke dasar rantai makanan."
"Anggota serikat kami ada di setipa negara bagian, jadi kami akan berbicara dengan semue pemerintah negara bagian untuk menempatkan kami di barisan (prioritas) penerima vaksin. Semua (industri) akan melakukan hal ini," ujar advokat Serikat Pekerja Industri Pangan Amerika, Mark Lauritsen.
Pelaku industri dan serikat pekerja tidak hanya 'menyerbu' pemerintah negara bagian, tetapi juga Dewan Penasehat Praktik Imunisasi Amerika (ACIP). Sebanyak 22 sektor industri mengirim surat ke mereka. ACIP, selama ini, menjadi pemberi rekomendasi ke Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) dalam menentukan skema distribusi vaksin.
Logo Pfizer terlihat di pintu masuk pabrik Pfizer di Puurs, Belgia 3 Desember 2020. REUTERS / Yves Herman
"Kami berharap otoritas kesehatan segera bertindak soal masalah ini dibanding nanti. Ini agar kami mendapat panduan dan bagaimana harus menangani pekerja-pekerja esensial," ujar Bryan Zumwalt, Wakil Presiden Eksekutif Asosiasi Brand Konsumen.
Asosiasi tersebut mewakili produsen-produsen besar seperti P&G dan Coca-Cola yang sudah mengirim surat ke 50 pemerintah negara bagian untuk memperioritaskan vaksinasi 1,2 juta pekerjanya.
ACIP, hingga berita ini ditulis, belum memberikan komentar. Sejauh ini rekomendasi mereka ke CDC tetap sama, prioritaskan petugas medis dan lansia. Dikutip dari Reuters, mereka dikabarkan tengah mendiskusikan masalah skala prioritas ini.
Presiden Amerika Terpilih, Joe Biden, menyalahkan Donald Trump akan kisruh distribusi vaksin COVID-19. Kurangnya koordinasi rencana distribusi vaksin COVID-19 membuat persiapan terganggu. Hal itu diperburuk proses transisi yang sempat telat. Belum dketahui apakah Joe Biden bisa mengubah rencana distribusi yang sudah dibuat Trump, jika ada.
ISTMAN MP | REUTERS