TEMPO.CO, Jakarta - Jaksa Agung Amerika, William Barr, dikabarkan akan mundur dari posisinya. Kabar tersebut muncul beberapa hari setelah William Barr dimarahi oleh Donald Trump karena mengakui tidak ada bukti yang menunjukkan kecurangan di Pilpres Amerika.
Kabar tersebut diungkapkan oleh orang-orang di dalam administrasi Donald Trump. Mereka berkata, William Barr tidak terima "di-bully" oleh Donald Trump gara-gara mengatakan fakta sesungguhnya.
"Barr bukanlah orang yang mau di-bully...Walau begitu, dia belum mengambil keputusan final (soal mundur)," ujar salah satu pejabat di Pemerintahan Trump, yang enggan disebutkan namanya, dikutip dari CNN, Senin, 7 Desember 2020
Kementerian Kehakiman Amerika, tempat William Barr bekerja, belum memberikan komentar hingga sekarang. Hal serupa juga berlaku untuk Donald Trump.
Pekan lalu, tak lama setelah pemanggilan William Barr ke Gedung Putih, Donald Trump pun segan memberikan pandangannya soal William Barr. Ia meminta kepada para awak media untuk kembali menanyakan hal itu beberapa pekan lagi karena ia telah meminta Barr untuk kembali menyelidiki dugaan kecurangaan Pilpres Amerika.
Sebelum dipanggil Donald Trump, William Barr sendiri sudah disorot. Membantu Donald Trump yang mengklaim dicurangi di Pilpres Amerika, William Barr meminta para jaksa untuk segera memulai penyelidikan soal dugaan tersebut.
Dalam melakukannya, William Barr melangkahi Departemen Tindak Pidana Pemilu. Alhasil, di kalangan para jaksa, ia dianggap menyalahgunakan wewenangnya. Kepala departemen terkait saja sampai mundur karena merasa telah diintervensi oleh William Barr. Namun, seperti diketahui, belakangan Barr mengakui bahwa kecurangan Pilpres Amerika memang tidak ada buktinya.
"Ada dugaan kecurangan pemilu yang sistemis dan masif, bahwa mesin pemilu telah diprogram untuk mengubah hasil. Kami di Kementerian Keamanan Dalam Negeri dan Kementerian Kehakiman telah mengeceknya, namun tak ada bukti mendukung dugaan itu," ujar William Barr beberapa hari lalu.
Di sisi lain, mundur dari jabatannya bukanlah hal baru bagi William Barr. Ia hampir melakukannya Februari lalu. Hal itu berkaitan dengan kisruh pembatalan rekomendasi hukuman untuk Roger Stone yang diduga atas desakan Presiden Donald Trump.
Presiden Donald Trump mengkritik langkah Departemen Kehakiman Amerika yang merekomendasikan hukuman tujuh hingga sembilan tahun penjara untuk Roger Stone. Stone, yang merupakan sahabat dekat Trump, didakwa telah berbohong di konggres, menghambat pemeriksaan saksi, serta menghalangi penyidikan.
ISTMAN MP | CNN
https://edition.cnn.com/2020/12/06/politics/william-barr-considering-leaving-office/index.html