TEMPO.CO, Jakarta - Didahului badan regulator obat-obatan Inggris dalam pengesahan vaksin COVID-19 tidak membuat Amerika terburu-buru menyusul. Direktur Riset dan Evaluasi Biologi Badan Administrasi Obat-obatan dan Makanan Amerika (FDA) Peter Marks mengatakan, mereka ingin lebih berhati-hati dalam menguji vaksin COVID-19 dibanding Inggris.
Marks menjelaskan, maksud dari pernyataannya adalah dirinya tidak akan percaya begitu saja dengan data uji klinis yang diserahkan pengembang vaksin COVID-19. Data itu, kata ia, akan dikaji ulang dan akan dibedah hingga detil-detil terkotor.
"Kami di Amerika memang berada dalam posisi yang unik dibanding badan regulator di negara-negara lain. Kami tidak hanya mengecek tabel data yang diserahkan pengembang vaksin, tetapi kami juga mengecek hingga ke kesalahaan penulisan," ujar Marks, dikutip dari CNN, Sabtu, 5 Desember 2020.
Marks melanjutkan bahwa ada "harga" yang harus dibayar jika vaksin COVID-19 disahkan secara terburu-buru dan pihaknya tidak mau melakukan hal tersebut. Oleh karenanya, walaupun negara lain sudah lebih dulu mengesahkan vaksin COVID-19, Marks memastikan Amerika akan tetap bertahan dengan mekanisme pengujiannya.
Per berita ini ditulis, sudah ada dua negara yang mengesahkan vaksin COVID-19 untuk bisa digunakan. Mereka adalah Inggris dan Bahrain.
Baca Juga:
Jarum suntik terlihat di depan logo Biontech dan Pfizer yang ditampilkan dalam ilustrasi yang diambil pada 10 November 2020. [REUTERS / Dado Ruvic / Ilustrasi / File Foto]
Inggris mengesahkan vaksin COVID-19 buatan Pfizer dua hari lalu, bahkan sudah menerima dosis pertama mereka. Dikutip dari CNN, 800 ribu dosis vaksin sudah diterima per hari ini dan akan mulai didistribusikan pekan depan.
Cepatnya Inggris mengesahkan vaksin COVID-19 dari Pfizer menjadi sorotan di berbagai negara. Uni Eropa mengkritik Inggris terlalu terburu-buru dan kemudian mengimbau negara-negara Eropa lainnya untuk tidak mengikuti. Di Amerika, Pakar Epidemi Anthony Fauci menyatakan hal senada namun kemudian meminta maaf dengan menimbang Inggris pasti punya caranya sendiri dalam menguji vaksin.
Professor Stephen Evans, dari London School of Tropical Hygience and Sciences, mengatakan bahwa negara-negara tidak bisa saling membandingkan keamanan dari kajian vaksin COVID-19. Sebab, tiap negara memiliki kebijakan dan caranya sendiri.
Inggris, misalnya, bisa lebih cepat karena mereka tidak wajib melibatkan publik dalam pengesahan vaksin COVID-19. Sementara itu, untuk Amerika, FDA berkwajiban menggelar pertemuan publik di mana mereka harus menyampaikan hasil kajiannya. Hal itu bisa memakan waktu 1 hari lebih.
Dalam hal keamanan, menurut Evans, tidak ada yang dilangkahi oleh keduanya. "(Apa yang dilakukan FDA) memberikan transparansi ke publik soal keputusan penting yang diambil. Hal itu bisa memberikan rasa percaya dari publik ataupun dari komunitas medis. Hal itu penting juga," ujar Evans.
Sementara itu, Presiden Amerika Donald Trump mengaku kesal Amerika didahului Inggris. Ia telah memanggil Komisioner FDA, Dr. Stephen Hahn untuk memberikan penjelasan kenapa Amerika tak kunjung mengesahkan vaksin COVID-19 dari Pfizer.
ISTMAN MP | CNN
https://edition.cnn.com/2020/12/04/europe/uk-us-vaccine-approval-intl/index.html