TEMPO.CO, Jakarta - Jaksa Agung Amerika, William Barr, akhirnya mengakui bahwa tidak ada bukti yang berhasil menunjukkan kecurangan di Pilpres Amerika. Pernyataannya itu berbeda dengan figur yang selalu dibelanya, Presiden Amerika Donald Trump, yang konsisten menyakini dirinya kalah dari Joe Biden karena dicurangi.
"Hingga hari ini kami belum menemukan kecurangan yang mampu mempengaruhi hasil dari Pilpres Amerika," ujar William Barr, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 2 Desember 2020.
Sebelumnya, William Barr memicu kontroversi ketika ia meminta para jaksa untuk menginvestigasi dugaan kecurangan di Pilpres Amerika. Sebab, dalam melakukannya, Barr melangkahi divisi yang berwenang menangani segala tindak pidana pemilu. Pemimpin divisi terkait sampai mundur karena kesal dengan aksi Barr yang ia anggap sebagai bentuk intervensi.
Kubu Trump, yang dikalahkan Joe Biden dengan perolehan suara elektoral 306-232, menyayangkan pernyataan William Barr. Menurut mereka, William Barr dan Kementerian Kehakiman belum bekerja maksimal dalam menginvestigasi dugaan kecurangan di Pilpres Amerika.
William Barr tersenyum selama jeda dalam dengar pendapat Komite Kehakiman Senat tentang pencalonannya sebagai jaksa agung Amerika Serikat di Capitol Hill di Washington, AS, 15 Januari 2019. [REUTERS / Yuri Gripas]
Hingga berita ini ditulis, kubu Donald Trump masih berupaya mencari langkah hukum untuk memperkarakan atau mengubah hasil Pilpres Amerika. Permohonannya di berbagai pengadilan negara bagian ditolak karena kurangnya bukti.
Upaya luar biasa sempat diwacanakan kubu Donald Trump dengan melibatkan anggota legislatif di negara bagian. Mereka akan diminta untuk mengubah susunan pemilih elektoral agar hasil di electoral college bisa dipengaruhi. Namun, Partai Republikan menolak hal tersebut karena menyebutnya langkah beresiko dan tidak ingin citra partai dipertaruhkan.
Panitia-panitia Pilpres Amerika di berbagai negara bagian meminta Donald Trump untuk segera mengakhiri klaimnya. Menurut mereka, hal itu tidak akan memberikan hasil selain membuat para panitia diancam karena dituduh telah berbuat curang. Menurut survey Reuters, klaim Donald Trump membuat sejumlah loyalis Republikan percaya kecurangan memang ada.
"Kami khawatir seseorang akan disakiti, seseorang akan ditembak, seseorang akan dibunuh. (Apa yang dilakukan Donald Trump) Sudah terlalu jauh. Klaim-klaim yang ada harus segera diakhiri," ujar manajer pemilihan umum di negara bagian Georgia, Gabriel Sterling.
Secara terpisah, Presiden Amerika Terpilih Joe Biden jalan terus dengan transisi pemerintahannya. Beberapa pengisi administrasinya telah ia umumkan mulai dari Menteri Luar Negeri, Menteri Keamanan Dalam Negeri, Menteri Keuangan, hingga Penasehat Keamanan Nasional. Hal itu dilakukan Joe Biden setelah mendapat lampu hijau dari Badan Layanan Umum dan Donald Trump.
ISTMAN MP | REUTERS