TEMPO.CO, Jakarta - Dua perusahaan farmasi, Pfizer dan Moderna, gerak cepat mendaftarkan vaksin COVID-19 garapannya ke regulator Eropa. Harapannya, setelah Amerika, mereka bisa mendistribusikan vaksin COVID-19 juga di Eropa akhir tahun ini.
Sama seperti situasi di Amerika, mereka mengajukan izin distribusi untuk situasi darurat kepada Agensi Obat-obatan Eropa (EMA). Dengan kata lain, distribusi awal tidak akan bersifat luas dahulu, namun kepada kelompok-kelompok yang paling terdampak seperti pasien lansia dan petugas medis.
"Kami sudah menerima aplikasi untuk izin distribusi," ujar EMA dalam keterangan persnya, dikutip dari Reuters, Selasa, 1 Desember 2020.
Seperti diberitakan sebelumnya, vaksin COVID-19 Pfizer lebih dulu diumumkan efektif ke publik. Dalam uji terakhirnya, vaksin COVID-19 mereka terbukti 95 persen efektif dan tidak menimbulkan efek samping berbahaya. Hal itu membuat mereka berani untuk mulai menyusun distribusinya dan mendaftar ke Badan Administrasi Obat-obatan dan Makanan Amerika (FDA).
Baca Juga:
Moderna menyusul tak lama kemudian. Setelah memastikan vaksin buatan mereka 94,1 persen efektif mencegah gejala COVID-19 muncul dan 100 persen efektif mencegah gejala yang lebih parah, mereka mendaftar ke FDA. Mereka sendiri sudah mengamankan pesanan vaksin COVID-19 dengan nilai kurang lebih US$1,1 miliar (per Oktober).
Setelah Pfizer dan Moderna, perusahaan farmasi lainnya yang dikabarkan akan segera menyusul adalah AstraZeneca, Sinovac, Johnson & Johnson, dan masih banyak lagi. Beberapa di antaranya sudah masuk dalam uji tahap akhir dan hanya perkara waktu untuk mendapat kepastian efektivitasnya.
Di kesempatan terpisah, Kanselir Jerman Angela Merkel mewanti-wanti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mulai memastikan adanya suplai vaksin COVID-19 yang cukup untuk negara berkembang. Ia khawatir negara-negara besar akan memprioritaskan suplai untuk masing-masing dahulu dibanding negara-negara kecil yang jauh lebih terdampak COVID-19.
"Jujur saya khawatir belum ada negosiasi," ujar Angela Merkel akhir November lalu.
"Yang terpenting sekarang adalah COVAX (inisiatif distribusi vaksin WHO) memulai negosiasi (pengadaan vaksin untuk negara berkembang) dengan berapapun uang yang sudah terkumpul sekarang," ujar Angela Merkel. Per berita ini ditulis, COVAX sudah mengumpulkan US$5 miliar di mana US$600 juta di antaranya berasal dari Jerman.
ISTMAN MP | REUTERS