TEMPO.CO, Jakarta - Twitter dikabarkan telah menutup sebuah akun yang disebut mendukung Kerajaan Thailand. Menurut kabar yang beredar, penutupan itu dipicu penyebaran disinformasi oleh akun terkait untuk mengubah opini publik soal Kerajaan Thailand dan Raja Maha Vajiralongkorn.
Akun terkait diketahui bernama @jitarsa_school. Dibuat pada September lalu, @jitarsa_school memiliki kurang lebih 48 ribu pengikut sebelum ditutup oleh Twiitter. Adapun mengacu pada profilnya, akun itu dibuat oleh kelompok Royal Volunteers Programme yang mendedikasikan dirinya untuk monarki.
"Akun terkait kami tutup karena melanggar aturan kami soal pesan-pesan spam dan manipulasi platform," ujar keterangan pers Twitter, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 30 November 2020.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, situasi di Thailand memanas sejak bulan Juli lalu. Warga Thailand mendesak reformasi pemerintahan yang menurut mereka telah bekerja dengan tidak becus dan sewenang-wenang. Secara umum ada tigal hal yang mereka tuntut yaitu pencopotan Prayuth Chan-o-cha sebagai PM Thailand, konstitusi baru, serta perubahan wewenang Kerajaan Thailand.
Pengunjuk rasa menunjukkan gestur tiga jari selama demonstrasi menuntut reformasi, membatasi kekuasaan raja, dan pengunduran diri perdana menteri, di depan barak militer Resimen Infantri ke-11 di Bangkok, Thailand, November 2020.[REUTERS/Athit Perawongmetha]
Beberapa waktu terakhir, perlawanan antara pemerintah dan gerakan rakyat mulai merembet ke media sosial. Kedua pihak sama-sama sadar bahwa media sosial penting untuk menjaring dukungan sebanyak mungkin atas misi mereka.
Dalam laporan Reuters, disampaikan bahwa pemerintah Thailand telah memberdayakan banyak akun untuk memborbardir masyarakat dengan pesan pro-pemerintahan dan monarki. Akun-akun tersebut juga dikoordinir untuk menyebarkan tagar yang seragam secara konsisten dan bekeranjutan. Dengan kata lain, @jitarsa_school hanyalah salah satunya.
Akun @jitarsa_school sendiri, apabila para pengikutnya dicek, 80 persen di antaranya adalah akun pro-monarki dan pemerintahan Thailand. Dan, apabila akun-akun itu dicek lebih lanjut tanggal pembuatannya, mayoritas "lahir" di periode yang sama dengan @jitarsa_scholl. Hal itu menandakan upaya Thailand bermain di ranah medsos bermula pada September lalu.
Beberapa bentuk postingan yang disebar oleh @jitarsa_school, biasanya, berupa foto Maha Vajiralongkorn diikuti dengan berbagai tagar. Tagar-tagar itu mulai dari #StopViolatingTheMonarchy, #ProtectTheMonarchy, #WeLoveTheMotherOfTheLand, #WeLoveTheMonarchy, hingga #MinionsLoveTheMonarchy.
Pihak Kerajaan Thailand, hingga berita ini ditulis, belum mau berkomentar. Sejak Juli, mereka menerapkan kebijakan tidak mau berkomentar ke media soal situasi di Thailand. Sementara itu, pemimpin kelompok pro monarki Warong Dechgitvigrom, mengklaim tidak tahu apapun soal @jitarsa_school tetapi menyakini akun seperti itu tulus mendukung kerajaan.
"Tagar-tagar pro-monarki itu otentik, dari hati yang terdalam," ujarnya.
ISTMAN MP | REUTERS