TEMPO.CO, Jakarta - Iran menuding Israel sebagai dalang di balik pembunuhan ilmuwan nuklirnya, Mohsen Fakhrizadeh. Bahkan, Iran pun menduga inkumben Presiden Amerika Donald Trump ikut terlibat dalam serangan tersebut, memberi dukungan kepada Israel.
"Indikasi serius dari (sebuah) peran Israel," cuit Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif di akun Twitternya, seperti ditulis Reuters, Jumat, 27 November 2020.
Diberitakan sebelumnya, Mohsen Fakhrizadeh tewas dalam penembakan di Tehran, Iran, pada Jumat, 27 November 2020. Menurut media Iran, Mohsen Fakhrizadeh meninggal di rumah sakit akibat luka tembak yang ia terima di mobilnya.
Mohsen Fakhrizadeh sendiri, selama ini, dikenal sebagai salah satu figur penting di program nuklir Iran. Malah, oleh negara-negara di barat dan Israel, ia diduga sebagai otak dari pengembangan senjata pemusnah massal di sana. Ia adalah satu dari beberapa ilmuwan nuklir Iran yang menjadi sasaran pembunuhan
Penasihat militer Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, Hossein Dehghan. bersumpah akan "menyerang seperti petir kepada para pembunuh martir yang tertindas ini". Dehghan juga menyinggung saat ini sebagai hari-hari terakhir kehidupan politik sekutu Israel, yakni Donald Trump.
"Zionis berusaha untuk meningkatkan tekanan pada Iran dan menciptakan perang besar-besaran," cuit Dehghan.
Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjabat tangan setelah pidato Trump di Museum Israel di Yerusalem 23 Mei 2017. [REUTERS / Ronen Zvulun / File Foto]
Beberapa hari lalu, Donald Trump dikabarkan menimbang kemungkinan menyerangg Iran. Namun, rencana tersebut kemudian ia batalkan dengan pertimbangan khawatir menciptakan ketidakstabilan di Timur Tengah.
Negara-negara yang dituding Iran masih bungkam. Isreal menolak berkomentar, begitu pula Gedung Putih, Pentagon, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, CIA, hingga tim transisi Presiden Amerika terpilih Joe Biden. Insiden ini diprediksi mempersulit upaya Joe Biden menghidupkan kembali detente (relaksasi) kepresidenan Barrack Obama.
Penasihat Iran untuk Obama, Robert Malley mengatakan pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh adalah serangkaian gerakan yang terjadi di pekan-pekan terakhir kepemimpinan Donald Trump. Malley menilai Donald Trump tampak berupaya mempersulit Joe Biden untuk terlibat kembali dengan Iran.
Sebagaimana diketahui, Joe Biden berniat membawa kembali Amerika ke kesepakatan nuklir Iran atau dikenal sebagai JCPOA. Donald Trump, di tahun 2018, menarik Amerika keluar dari kesepakatan tersebut karena merasa terlalu menguntungkan Iran. Ia kemudian menggantinya dengan sanksi berat kepada Iran.
Iran sudah merespon rencana Joe Biden tersebut. Namun, mereka meminta Joe Biden untuk lebih dulu mengangkat sanksi yang dijatuhkan kepada Iran. Israel, sementara itu, meminta Joe Biden untuk tidak kembali ke kesepakatan nuklir Iran.
"Satu tujuan hanyalah untuk menimbulkan kerusakan sebanyak mungkin terhadap Iran secara ekonomi dan program nuklirnya selagi mereka bisa. Hal lainnya bisa untuk mempersulit kemampuan Presiden joe Biden untuk melanjutkan diplomasi dan kesepakatan nuklir," kata Malley. Meski begitu, Malley menyatakan tak akan berspekulasi tentang siapa dalang di balik pembunuhan Fakhrizadeh ini.
Senator AS Chris Murphy, anggota tertinggi dari subkomite Timur Tengah Senat AS, mengatakan bahwa pembunuhan ini tak membuat Amerika, Israel, atau dunia lebih aman.
BUDIARTI UTAMI PUTRI | REUTERS
https://www.reuters.com/article/iran-nuclear-scientist/killing-of-suspected-iranian-nuclear-mastermind-risks-confrontation-as-trump-exits-idUSKBN2871OE?il=0