TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan Thailand sedang menyusun peraturan baru yang akan mengizinkan penggunaan tanaman ganja rendah THC untuk produk kosmetik dan makanan.
Peraturan ini akan mengatur penggunaan ganja dalam produksi tekstil, pakaian, obat-obatan dan produk herbal, menurut sekretaris jenderal BPOM Thailand, Paisal Dunkhum, dikutip dari Thaiger, 27 November 2020.
Ada beberapa bagian tanaman ganja yang memiliki kandungan psikoaktif tetrahydrocannabinol (THC) yang rendah, seperti daun, cabang, batang, kulit kayu, serat, dan akar.
Thailand untuk pertama kali buka klinik pengobatan dengan ganja. Sumber: AFP/asiaone.com
Menteri Kesehatan Kiattiphum Wongrajit mengatakan, Komite Pengendalian Narkotika memutuskan pada Selasa untuk mengeluarkan daun, cabang, batang, dahan, kulit kayu, serat dan akar ganja, dari daftar narkotika pemerintah, The Bangkok Post melaporkan.
Namun, bagian rami dan ganja dengan kandungan THC tinggi masih terdaftar sebagai obat narkotika Kategori 5 yang dapat digunakan di bawah peraturan terbatas untuk tujuan tertentu, terutama untuk perawatan medis.
Penggunaan biji ganja dan ekstrak biji akan dimasukkan dalam peraturan bersama dengan cannabidiol, atau CBD, dengan kandungan THC maksimum 0,2%, kata Kiattiphum. Hanya mereka yang memiliki izin dari pemerintah yang diizinkan menanam ganja untuk produksi.
Setelah BPOM selesai merancang peraturan tersebut, menteri kesehatan akan menyetujui undang-undang regulasi ganja tersebut, dan akan berlaku setelah diterbitkan di Royal Gazette, situs resmi Kerajaan Thailand.
Sumber:
https://thethaiger.com/news/national/cannabis-with-very-low-thc-content-to-be-allowed-in-cosmetics-and-herbal-products
https://www.bangkokpost.com/thailand/general/2025499/cosmetics-food-to-get-weed-nod