TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa pekan menjelang akhir masa transisi Brexit, Presiden Amerika Terpilih Joe Biden ikut memberikan komentarnya. Ia berharap Inggris tidak mengambil keputusan No Deal Brexit. Alasan Joe Biden, hal itu akan memunculkan perbatasan fisik antara Republik Irlandia (Independen) dan Irlandia Utara di mana merupakan bagian dari Inggris.
Menurut Joe Biden, keberadaan perbatasan fisik bakal menjadi isu sensitif untuk Irlandia dan Irlandia Utara. Sebab, ketika Perjanjian Jumat Agung diteken pada tahun 1998 lalu, untuk mendamaikan konflik di Irlandia, kedua belah pihak sepakat untuk mengizinkan kooperasi lintas batas.
"Kami tidak ingin ada perbatasan fisik yang dijaga," ujar Joe Biden, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 25 November 2020.
Sebagaimana diketahui, masa transisi Brexit akan berakhir pada 31 Desember nanti. Sebelum transisi berakhir, Inggris sudah harus menetapkan apakah mereka akan keluar dari Eropa tanpa kesepakatan (No Deal) atau dengan kesepakatan (Deal).
Keputusan tersebut akan menentukan apakah Inggris akan tetap memiliki akses ke pasar tunggal Eropa secara bebas atau tidak. Jika Inggris memilih No Deal, maka Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara juga akan terkena imbasnya karena mereka bagian dari Inggris Raya. Hal paling kompleks akan dialami Irlandia Utara karena ia berbagi perbatasan dengan Irlandia yang masih bagian dari Eropa.
Masyarakat menyelenggarakan Hari Brexit pada 31 Januari 2020 di Parliamentary Square
Per berita ini ditulis, hal yang masih menjadi masalah dalam negosiasi Brexit ada dua. Hal pertama adalah soal keseteraan dalam perdagangan (Level Playing Field). Jadi, jika Inggris ingin mendapatkan akses tanpa tarif ke pasar tunggal Eropa, maka Inggris tidak boleh melakukan hal sebaliknya kepada negara-negara dari Eropa.
Untuk Level Playing Field, jika perdagangan bebas tarif tidak bisa didapat, Inggris mengharapkan kesepakatan yang menyerupai CETA. CETA (Comprehensive Economic and Trade Agreement) adalah kesepakatan dagang Eropa dan Kanada di mana barang-barang tertentu dikenai tarif dan kuota.
Selain Level Playing Field, hal kedua yang kerap diributkan dalam negosiasi Brexit adalah masalah Perikanan. Eropa tahu betul bahwa perairan Inggris adalah salah satu yang terbaik untuk perikanan. Eropa ingin mendapatkan porsi di perairan tersebut, sementara Inggris menyatakan bahwa prioritas utama tetaplah kapal ikan mereka.
Joe Biden, dalam konteks Brexit, mendukung Deal karena faktor keturunan Irlandia-nya. Ia mengimbau Inggris untuk tidak mengambil No Deal Brexit atau hal itu akan berpengaruh ke hubungan dengan Amerika juga. Sejauh ini, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson diketahui belum menggelar diskusi formal apapun dengan Joe Biden.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara selama pidato kenegaraan dari Downing Street No 10 di tengah wabah penyakit virus corona masih berlanjut, London, Inggris, 10 Mei 2020. [Andrew Parsons / No 10 Downing Street / Handout melalui REUTERS]
PM Irlandia, pada Senin kemarin, menyatakan hal yang sama dengan Biden. Ia optimistis kesepakatan akan dicapai karena baik Inggris maupun Eropa sama-sama tahu ada benefit yang bisa mereka dapatkan dari Deal Brexit. Nilai perdagangan Inggris - Eropa sendiri, sejauh ini, diperkirakan US$895 miliar.
Gubernur Bank Sentral Inggris, Andrew Bailey, memperingatkan bahwa No Deal Brexit akan memberikan dampak besar ke Inggris, apalagi di situasi COVID-19. Bahkan, dalam jangka panjang, ia menyakini dampaknya lebih buruk dibanding dampak COVID-19.
"Butuh waktu panjang untuk masuk ke periode dimana perekonomian Inggris bisa menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi, termasuk dalam hal perdagangan," ujar Bailey.
Pelaku bisnis, dikutip dari CNN, pun mewanti-wanti Boris Johnson agar jangan mengambil No Deal Brexit. Mereka mengklaim sudah megap-megap akibat COVID-19 dan tidak yakin bisa bertahan panjang jika harus menghadapi tarif tinggi, kuota, serta batasan-batasan lainnya dalam berdagang.
ISTMAN MP | REUTERS | CNN
https://edition.cnn.com/2020/11/24/economy/brexit-no-deal-covid-pandemic/index.html