Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Vladimir Putin Ungkap Alasan Kenapa Dirinya Belum Beri Selamat Joe Biden

image-gnews
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato melalui video rekaman di depan Sidang Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di Moskow, Rusia 22 September 2020. Dalam pidatonya, Putin menawarkan vaksin Covid-19 Sputnik-V bagi semua staff PBB. Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato melalui video rekaman di depan Sidang Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di Moskow, Rusia 22 September 2020. Dalam pidatonya, Putin menawarkan vaksin Covid-19 Sputnik-V bagi semua staff PBB. Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia tidak memiliki motif tersembunyi ketika dia menahan ucapan selamat atas terpilihnya Joe Biden dalam pemilu AS.

"Formalitas harus diikuti berdasarkan praktik yang mapan dan standar hukum. Tidak ada motif tersembunyi atau apa pun yang dapat merusak hubungan kami lebih jauh. Ini adalah pendekatan yang murni formal," kata Putin kepada televisi Rossiya 1, dikutip dari kantor berita TASS dan Sputnik, 22 November 2020.

Vladimir Putin mengatakan dia mengambil pendekatan menunggu karena melihat masih ada sengketa di pemilu AS.

"Ini bukan karena kami menyukai atau tidak menyukai seseorang, kami hanya menunggu akhir dari konfrontasi politik internal ini," kata Putin, seraya menambahkan bahwa dia memiliki rasa hormat yang sama untuk Trump dan Biden. "Kami akan bekerja dengan siapa pun, yang memegang kepercayaan rakyat AS. Tetapi kepada siapa kepercayaan ini diberikan, itu harus ditunjukkan melalui konvensi politik ketika salah satu pihak mengakui kemenangan pihak lain, atau hasil akhir dari pemilu harus dipastikan dengan cara yang sah dan legal."

Pemimpin Rusia itu mencatat bahwa penundaan formal dengan ucapan selamat tidak akan memperburuk hubungan antara Moskow dan Washington, yang menurutnya memang sudah rusak.

"Anda tidak bisa merusak hubungan yang rusak, itu sudah rusak," kata Putin mengomentari apakah penundaan dengan memberi selamat kepada pemenang pemilu AS dapat merusak hubungan dengan Washington.

Putin juga mengatakan bahwa semua orang memahami bahwa sistem pemilu AS memiliki kekurangan.

"Ini cukup jelas, jelas bagi semua orang di dunia, bagi saya tampaknya jelas bagi orang Amerika, ada masalah dalam sistem pemilihan AS...Seorang kandidat, yang menang di negara bagian ini atau itu, dia diuntungkan semua suara pemilih. Misalnya, ada 20. Mendapat 11, tapi mengambil semua 20. Tapi mungkin ada lebih sedikit pemilih di belakang pemilih ini...Apakah itu demokratis? Menurut saya, masalahnya jelas," papar Putin.

Bagaimanapun, Putin menjelaskan dia tidak bermaksud untuk menstigmatisasi sistem politik atau sistem pemilihan Amerika.

"Itu dilakukan sejak lama. Seperti yang dikatakan salah satu rekan saya di Amerika: 'Kami sudah terbiasa.' Praktiknya sudah dibentuk. Apakah perlu atau tidak mengubah apa pun di sana, itu bukan urusan kami," kata Putin.

Juru bicara kepresidenan Rusia Dmitry Peskov telah berulang kali menekankan bahwa Moskow siap bekerja dengan presiden mana pun yang dipilih oleh pemilih Amerika untuk menemukan cara untuk menormalkan hubungan Rusia-Amerika.

Jaringan media utama AS telah memproyeksikan calon dari Partai Demokrat Joe Biden menjadi pemenang pemilihan presiden 3 November, yang mendorong sejumlah besar pemimpin dunia dan politisi untuk memberi selamat kepada Biden dan cawapresnya, Kamala Harris.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Vladimir Putin adalah salah satu dari enam pemimpin dunia yang belum mengucap selamat ke Joe Biden sepekan setelah hasilnya jelas. Pemerintah Cina dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, pada akhirnya menyampaikan ucapan selamat ke Biden, sementara Jair Bolsonaro dari Brasil, Andres Manuel Lopez Obrador dari Meksiko, dan Kim Jong Un dari Korea Utara belum mengucapkan ucapan resmi ke Joe Biden.

Berbeda dengan Joe Biden, pemerintah Rusia langsung memberi selamat kepada Donald Trump pada pilpres AS 2016, hanya beberapa jam setelah dia memenangkan 270 suara elektorat, menurut laporan CNN.

Joe Biden, yang saat itu menjadi wakil presiden Barack Obama, bertemu dengan Putin. Biden menegur Putin karena membungkam oposisi dan menganiaya taipan minyak Mikhail Khodorkovsky.

Kemudian dialog mereka berubah menjadi mengerikan dan canggung.

"Saya menatap mata Anda, dan saya tidak berpikir Anda memiliki jiwa," kenang Biden kepada Putin selama pertemuan 2011 di Kremlin, menurut laporan majalah New Yorker pada 2014.

"Dan dia kembali menatap saya, dan dia tersenyum, dan dia berkata, 'Kita saling memahami'," cerita Joe Biden tentang pertemuannya dengan Vladimir Putin.

Sumber:

https://sputniknews.com/world/202011221081242069-putin-reveals-why-he-hasnt-yet-congratulated-biden/

https://tass.com/politics/1226489

https://www.newyorker.com/magazine/2014/07/28/biden-agenda

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Vladimir Putin Tak Ingin Serang Negara Anggota NATO

7 jam lalu

Presiden Rusia Vladimir Putin.  Sputnik/Gavriil Grigorov/Pool via REUTERS
Vladimir Putin Tak Ingin Serang Negara Anggota NATO

Vladimir Putin memastikan Rusia tidak punya rencana apapun pada negara anggota NATO dan tidak akan menyerang.


Putin Tak Serang Anggota NATO, Tapi Ancam Tembak Jet F-16

21 jam lalu

F-16 Fighting Falcon yang ditugaskan di Sayap Tempur ke-8 mengalami 'darurat dalam penerbangan', jatuh di Laut Kuning [File: Ints Kalnins/Reuters]
Putin Tak Serang Anggota NATO, Tapi Ancam Tembak Jet F-16

Putin mengatakan pesawat F-16 mampu mengangkut senjata nuklir. Ia menyatakan tak akan menyerang anggota NATO, tapi tembak jatuh F-16.


24 Tahun Vladimir Putin Menjadi Presiden Rusia, Pemilu Tahun ini Menang Besar

2 hari lalu

Presiden Rusia, Vladimir Putin. Kremlin via RUETERS
24 Tahun Vladimir Putin Menjadi Presiden Rusia, Pemilu Tahun ini Menang Besar

24 tahun, Vladimir Putin berhasil mempertahankan tahta politiknya. Bagaimana rekam jejaknya berkuasa sebagai Presiden Rusia terlama?


2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

2 hari lalu

Seorang tersangka penyerangan penembakan di tempat konser Balai Kota Crocus dikawal di dalam pengadilan distrik Basmanny di Moskow, Rusia 24 Maret 2024. REUTERS/Shamil Zhumatov
2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

Warga negara Tajikistan, Rachabalizoda Saidakrami dan Shamsidin Fariduni dapat melakukan perjalanan dengan bebas antara Rusia dan Turki


Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

2 hari lalu

Kandidat presiden Rusia dan Presiden petahana Vladimir Putin tiba untuk berbicara setelah tempat pemungutan suara ditutup pada hari terakhir pemilihan presiden, di Moskow, Rusia, 17 Maret 2024. REUTERS/Maxim Shemetov
Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa sejauh ini belum ada tanda-tanda keterlibatan Ukraina dalam penembakan di gedung konser Moskow


Putin Sebut Kelompok Islam Radikal di Balik Serangan Moskow

3 hari lalu

Kandidat presiden Rusia dan Presiden petahana Vladimir Putin berbicara setelah TPS ditutup, di Moskow, Rusia, 18 Maret 2024. Komisi Nasional Pemilu Rusia (CEC), suara pemilih yang terkumpul mencapai 72,22 persen, naik dari pemilu 2018 sebesar 67,5 persen. REUTERS/Maxim Shemetov
Putin Sebut Kelompok Islam Radikal di Balik Serangan Moskow

Putin menyatakan penembakan massal di Moskow dilakukan oleh kelompok Islam radikal, namun tetap ada hubungannya dengan Ukraina.


Resolusi DK PBB Lolos: Inikah Pertanda Koalisi Biden dan Netanyahu Runtuh?

3 hari lalu

Joe Biden duduk bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di kediaman Perdana Menteri di Yerusalem 9 Maret 2010. REUTERS/Baz Ratner
Resolusi DK PBB Lolos: Inikah Pertanda Koalisi Biden dan Netanyahu Runtuh?

Hubungan Biden dan Netanyahu mencapai titik terendah ketika AS tidak memveto Resolusi DK PBB tentang gencatan senjata.


Serangan Teror di Rusia, Kremlin: Tidak Ada Negara yang Kebal dari Terorisme

3 hari lalu

Seorang tersangka penyerangan penembakan di tempat konser Balai Kota Crocus dikawal di dalam pengadilan distrik Basmanny di Moskow, Rusia 24 Maret 2024. REUTERS/Shamil Zhumatov
Serangan Teror di Rusia, Kremlin: Tidak Ada Negara yang Kebal dari Terorisme

Juru bicara Kremlin menepis adanya kegagalan dinas keamanan Rusia dalam mencegah penembakan di Moskow.


Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

3 hari lalu

Petugas penegak hukum Rusia berjaga di dekat tempat konser Balai Kota Crocus yang terbakar menyusul insiden penembakan, di luar Moskow, Rusia, 22 Maret 2024. REUTERS/Maxim Shemetov
Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

Serangan Moskow menimbulkan pertanyaan tentang ketajaman FSB, pengganti KGB, badan intelijen yang kerap dianggap momok bagi Barat.


Teror Penembakan di Gedung Konser Moskow, Sebelumnya Terjadi di Austria, Belanda, dan Amerika Serikat

3 hari lalu

Orang-orang bersenjata melepaskan tembakan saat berlangsungnya konser musik di Balai Kota Crocus, di Krasnogorsk, wilayah Moskow, Rusia, 22 Maret 2024, Video obtained by Reuters/via REUTERS
Teror Penembakan di Gedung Konser Moskow, Sebelumnya Terjadi di Austria, Belanda, dan Amerika Serikat

Serangan teror penembakan di gedung konser Moskow tewaskan ratusan orang. Kejadian penembakan massa pernah terjadi di beberapa negara. Mana saja?