TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pemerintahan Tibet, yang bertahun-tahun diasingkan, akhirnya berkunjung ke Gedung Putih Amerika. Kunjungan tersebut merupakan yang pertama dalam 60 tahun terakhir. Adapun kedatangannya untuk berkoordinasi dengan Koordinator Khusus Amerika untuk Isu Tibet, Robert Destro, yang belum lama ini dilantik.
"Pertemuan yang tidak disangka-sangka ini mungkin bisa menjadi fondasi hubungan yang lebih dekat dan formal antara Pemerintahan Tibet Pusat (CTA) dengan Amerika," ujar Presiden CTA, Lobsang Sangay, dikutip dari kantor berita Reuters, Sabtu, 21 November 2020.
Pertemuan antara perwakilan Pemerintah Tibet dan Amerika itu diprediksi akan menimbulkan reaksi keras dari Cina. Seperti Taiwan, Tibet adalah salah satu area yang kerap diributkan antara Amerika dan Cina.
Menteri Luar Negeri Amerika, Mike Pompeo, sempat menuding Cina melanggar hak asasi warga Tibet. Sementara itu, Cina menuding Amerika mendukung gerakan separatis di Tibet. Pemerintah Cina menyebutnya sebagai Splittism atau pemisahan.
Atas masalah itu, Cina tidak pernah mau berkoordinasi dengan Amerika soal Tibet. Ketika Destro dilantik, Cina pun menolak untuk berbicara dengannya soal Tibet.
Selama ini, Cina mengklaim Tibet sebagai bagian dari mereka karena berhasil mendudukinya di tahun 1950. Cina bahkan menyebutnya sebagai pembebasan Tibet dari pemerintahan feudalnya. Namun, Pemimpin Spiritual Tibet, Dalai Lama, menyatakan sebaliknya. Menurut Dalai Lama, Cina malah terlibat dalam pembantaian kultural di Tibet.
Pada Agustus lalu, Presiden Cina Xi Jinping sempat menyatakan akan membangun "bentang pertahanan" di Tibet dengan alasan untuk menjaga kesatuan nasional. Hingga berita ini ditulis, Cina belum berkomentar.
ISTMAN MP | REUTERS