TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom FAO Maximo Torero Cullen pada Rabu, 18 November 2020, meyakinkan pihaknya tidak menemukan bukti yang signifikan adanya penyebaran virus corona melalui makanan yang diperdagangkan. Dia pun mengimbau agar kabar soal dugaan ini diminimalkan.
FAO dalam sebuah acara jumpa wartawan mengatakan tidak melihat produksi makanan di negara-negara pensuplai sebagai sumber penularan virus corona.
Petugas menggunakan masker saat melayani pengunjung yang memesan makanan di food court sebuah mall setelah meredanya pandemi virus corona atau COVID-19 di Beijing, Cina, 15 Mei 2020. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
Ucapan FAO itu secara tak langsung menjawab kekhawatiran Cina yang menemukan Covid-19 pada kemasan barang-barang dari 20 negara. Akan tetapi, otoritas dari negara lain menegaskan tuduhan tanpa bukti bisa berpotensi mencederai perdagangan.
Sebelumnya WHO mengatakan risiko penularan Covid-19 dari makanan beku rendah, tetapi Cina telah berulang kali membunyikan alarm setelah mendeteksi virus pada kemasan produk mulai dari daging babi Jerman hingga udang Ekuador, yang memicu larangan impor.
Cina, yang telah menggunakan langkah-langkah drastis untuk mengendalikan penyebaran virus corona baru, diantaranya memperketat pembatasan yang membutuhkan pengujian dan desinfeksi produk makanan impor, menyusul sampel positif yang terdeteksi pada daging sapi, babi, dan makanan laut.
Komisi Kesehatan Nasional Cina mengatakan sejauh ini telah menangguhkan impor 99 pemasok dari 20 negara
Di luar Cina, makanan beku jarang dikaitkan dalam upaya pelacakan virus corona. Pada Agustus 2020 lalu, seorang pekerja di sebuah penyimpanan makanan beku di Selandia Baru dinyatakan positif Covid-19, namun otoritas kesehatan Selandia Baru mengesampingkan pemicunya berasal dari makanan beku.
Sumber: https://www.reuters.com/article/health-coroanvirus-food-idUSL4N2I42C5