TEMPO.CO, Jakarta - Enam bulan sejak putus hubungan akibat perkara Yerusalem dan Tepi Barat, Palestina memutuskan untuk memperbarui hubungan keamanan dengan Israel. Hal tersebut menyusul ditundanya rencana aneksasi Tepi Barat sejak Israel sepakat melakukan normalisasi hubungan dengan negara-negara Teluk Arab.
Keputusan itu juga diambil setelah Palestina mendapat jaminan bahwa Israel akan mematuhi kesepakatan koordinasi keamanan keduanya. Adapun jaminan tersebut didapat dari kontak internasional yang dimiliki Israel dan Palestina.
"Presiden Palestina Mahmoud Abbas meminta komitmen Israel sebelum meneken kesepakatan. Berdasarkan pernyataan tertulis dan lisan, Israel berkomitmen untuk mengembalikan hubungan dengan Palestina seperti semula," ujar Menteri Hubungan Sipil Palestina, Hussein Al-Sheikh, dikutip dari Times of Israel, Rabu, 18 November 2020.
Perlu diketahui, koordinasi keamanan antara Israel dan Palestina terputus pada Mei lalu. Pemicunya saat itu adalah rencana PM Israel Benjamin Netanyahu yang ingin mencaplok kawasan Tepi Barat. Kawasan tersebut, sesungguhnya, adalah milik Palestina, namun diduduki secara illegal oleh warga Israel. Israel kemudian ingin mengalihkannya menjadi milik mereka sepenuhnya.
Ketika kesepakatan koordinasi diteken untuk pertama kalinya, kedua negara sepakat untuk saling bertukar intelijen demi menjaga kestabilan di Israel dan Palestina. Namun, seiring dengan makin kuatnya pengaruh Israel berkat sokongan Amerika, Palestina akhirnya memilih putus hubungan setelah berkali-kali mengultimatum.
Seorang pria memindahkan burung merpati dari sekop mesin ketika pasukan Israel menghancurkan rumah dan gudang warga Palestina, di dekat Hebron di Tepi Barat yang diduduki Israel, Ahad, 18 Oktober 2020. REUTERS/Mussa Qawasma
Sekarang, situasi sudah berubah. Selain Israel 'berdamai' dengan negara-negara teluk Arab (dengan janji tak mencaplok Tepi Barat), Amerika juga berganti kekuasaan. Joe Biden telah terpilih sebagai Presiden Amerika ke-46 dan Palestina memandanganya sebagai figur yang lebih berempati dan adil. Alhasil, Palestina yakin negosiasi soal wilayah kedaulatan akan lebih imbang ke depannya.
Al-Sheikh sendiri memandang kesepakatan antara Palestina dan Israel adalah kemenangan. Sebab, hal itu memperkuat komitmen Israel untuk tidak mencaplok Tepi Barat. Baginya, selama Tepi Barat tidak dicaplok, ia yakin akan ada hasil positif dari kesepakatan itu.
"Kami sudah menerima surat dari Pemerintah Israel. Mereka menyatakan berkomitmen dengan klausul kesepakatan semula yang diteken berama Palestina," ujar Al-Sheikh.
Kelompok Hamas bereaksi keras terhadap keputusan Palestina. Menurutnya, hal itu sama dengan tunduk kepada upaya Israel mencaplok dan menormalisasi Tepi barat. "Dan, keputusan itu diambil menjelang didirikannya ribuan permukiman (ilegal) di Yerusalem timur.
"Keputusan tersebut seperti menganggap kami ini bodoh...Kami mendesak Palestina untuk membatalkan keputusan tersebut dan berhenti bertaruh kepada Joe Biden. Tidak ada jaminan Palestina akan dilindungi," ujar juru bicara Hamas, Hazem Qassem.
Berbagai analis sudah menduga keputusan ini akan muncul. Menurut mereka, begitu Joe Biden diumumkan sebagai pemenang, maka Palestina melihat kesempatan untuk memperbaiki hubungan dan Israel dan Amerika. Sebelum Joe Biden dinyatakan sebagai pemenang, harapan mereka untuk memperkuat pengaruh ada pada Hamas.
ISTMAN MP | THE TIMES OF ISRAEL