TEMPO.CO, Jakarta - Situasi di Thailand memanas. Dalam unjuk rasa terbaru, 55 pendemo terluka akibat bentrokan dengan aparat Kepolisian. Bahkan, enam di antaranya dilaporkan mengalami luka tembak. Hal itu menjadikannya sebagai unjuk rasa terburuk di Thailand sejauh ini.
Kepolisian Thailand mengaku sudah berupaya untuk mencegah bentrokan. Namun, kombinasi kompleksnya situasi dan banyaknya pendemo akhirnya mendorong mereka untuk menggunakan cara keras. Mereka juga mengklaim tidak menggunakan senjatai api sama sekali ketika bentrokan terjadi.
"Kami sudah mencoba untuk menghindari bentrokan," ujar Kepala Deputi Kepolisian Bangkok, Piya Tavichai, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 18 November 2020.
Laporan di lapangan, unjuk rasa terjadi di gedung Parlemen Thailand. Gedung tersebut menjadi sasaran demo karena Parlemen Thailand berjanji melanjutkan voting reformasi konstitusi di bulan ini. Awalnya, hal itu ditargetkan selesai pada September lalu, namun kemudian ditunda atas alasan pengkajian lebih lanjut. Warga Thailand menuntut janji itu.
Massa anti-pemerintah berlindung di balik bebek karet saat polisi menembakkan meriam air ketika unjuk rasa di luar gedung parlemen di Bangkok, Thailand, 17 November 2020. REUTERS/Athit Perawongmetha
Untuk mengantisipasi bentrokan, Kepolisian Thailand siaga dengan perlengkapan lengkap. Para aparat yang hadir, misalnya, mereka diperlengkapi dengan pakaian anti huru-hara. Selain itu, agar tidak ada demonstran yang meringsek masuk, kompleks parlemen dilindungi dengan jeruji tajam, mobil baja, dan water canon.
Benar saja, ketika ribuan pengunjuk rasa datang, mereka mencoba menerobos garis batas dan masuk ke kompleks parlemen. Kepolisian terpaksa memukul mundur mereka dengan segala peralatan yang ada. Water canon pun ditembakkan agar tidak ada yang lolos dari penjagaan.
Upaya mereka gagal. Setelah enam jam beradu dengan para demonstran, Kepolisian memutuskan untuk menarik mundur aparatnya. Jumlah mereka kalah banyak. Mobil-mobil baja dan water canon pun terpaksa ditinggalkan yang kemudian diambil alih pengunjuk rasa untuk dirusak.
"Dengan resmi saya umumkan eskalasi dari protes kami. Kami tidak akan menyerah. Kami tidak akan berkompromoi," ujar aktivis Thailand, Parit 'Pinguin' Chiwarak. Chiwarak menegaskan lagi misi para pengunjuk rasa yaitu menjatuhkan rezim PM Prayuth Chan-o-cha serta membatasi wewenang dari Raja Thailand Maha Vajiralongkorn.
Rencananya, unjuk rasa dengan skala serupa juga akan digelar Rabu ini. Menanggapi potensi kerusahan serupa, Juru Bicara Pemerintah Thailand Anucah Burapachaisri menyatakan bahwa Kepolisian telah diizinkan untuk menggunakan gas air mata dan water canon untuk menjaga parlemen tetap aman.
ISTMAN MP | REUTERS