TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, menyatakan bahwa dia sudah tidak sabar untuk bekerjasama dengan Komite International Olimpiade (IOC) untuk memastikan Olimpiade Tokyo tetap terlaksana. Hal tersebut ia nyatakan menyusul kedatangan Presiden IOC, Thomas Bach, ke Jepang.
"Kami menimbang banyak hal dalam menyelenggarakan Olimpiade Tokyo dengan kehadiran penonton. Saya sepakat dengan Presiden Bach bahwa kami harus bekerjasama untuk memastikan Olimpiade Tokyo berjalan aman," ujar Suga, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 16 November 2020.
Bach diketahui berkunjung ke Jepang selama dua hari untuk membahas persiapan Olimpiade Tokyo tahun depan. Hal itu mulai dari masalah logistik, keamanan, hingga protokol kesehatan. Seperti diberitakan sebelumnya, Olimpiade Tokyo ditunda setahun gara-gara Pandemi COVID-19.
Kunjungan Bach itu sendiri merupakan yang pertama kalinya sejak Yoshihide Suga menjadi PM Jepang yang baru, menggantikan Shinzo Abe. Terakhir kali Bach datang, hal tersebut di bulan Maret 2020 ketika ia dan Shinzo Abe memutuskan untuk menunda pelaksanaan Olimpiade Tokyo hingga tahun depan sambil memantau kondisi pandemi COVID-19.
"Untuk melindungi warga Jepang, dan sebagai bentuk hormat juga kepada mereka, IOC akan berupaya keras untuk memastikan para peserta dan penonton Olimpiade sudah tervaksinasi jika memang sudah sudah siap," ujar Bach.
Apabila semua berjalan sesuai rencana dan vaksin siap, maka Olimpiade Tokyo akan digelar pada 23 Juli 2021 dan berakhir 8 Agustus 2021. Setelah itu, baru Paralympic menyusul dengan jadwal pelaksanaan dari 24 Agustus hingga 5 September 2020.
Jepang, per hari ini, tercatat memiliki 166 ribu kasus dan 1.883 kematian akibat COVID-19. Di bandingkan negara-negara besar lainnya, angka tersebut relatif tidak terlalu besar. Sebagai perbandingan, Amerika memiliki 11 juta kasus COVID-19.
Mengacu pada survei yang digelar Kyodo, mayoritas warga Jepang tidak keberatan Olimpiade Tokyo digelar. Dalam survei yang digelar pada bulan Oktober itu, 37,6 persen responden merasa Olimpiade sebaiknya tetap dilaksanakan. Sisanya, 31,8 persen mendukung penundaan dan 24,1 persen memilih perhelatan akbar itu dibatalkan.
ISTMAN MP | REUTERS