TEMPO.CO, - Lembaga pemantau Hak Asasi Manusia di Belarusia, Viasna, mengungkapkan sekitar seribu orang ditahan di seluruh negeri di tengah unjuk rasa besar menentang pemerintahan Alexander Lukashenko. Ini merupakan jumlah penahanan terbesar yang dilaporkan dalam satu hari sejak unjuk rasa melawan pemerintah dimulai beberapa bulan lalu.
"Jumlah total orang yang ditahan sejak Agustus diyakini lebih dari 25 ribu," tulis pernyataan Viasna seperti dikutip dari CNN, Senin, 16 November 2020.
Unjuk rasa kemarin menandakan pekan keempat belas berturut-turut warga Belarusia menggelar aksi demonstrasi mendesak Lukashenko yang telah memimpin selama 26 tahun untuk mundur. Warga menuding ada ada kecurangan dalam pemilu Agustus lalu yang dimenangi Lukashenko.
Penahanan massal itu menyusul kematian Roman Bondarenko, seorang pengunjuk rasa anti-pemerintah berusia 31 tahun, yang meninggal di sebuah rumah sakit di Minsk pada Kamis pekan lalu. Ia diduga dipukuli oleh aparat keamanan.
Sebagai bentuk simpati kepada Bondarenko, massa yang berdemonstrasi kemarin meneriakkan dan membawa poster dengan kata-kata "Saya akan keluar," yang merupakan kata-kata terakhir Bondarenko sebelum dia meninggal.
Selama unjuk rasa kemarin, polisi menggunakan pentungan, gas air mata, dan meriam air untuk membubarkan massa. Beberapa video menunjukkan polisi memukuli pengunjuk rasa di supermarket. Video lain menampilkan petugas menangkap warga dan membawa mereka pergi dengan kendaraan polisi.
Penahanan juga terjadi di kota Navahrudak, Babruisk, Vitsebsk, Homel dan Svetlahorsk, menurut Viasna.
Penangkapan juga menyasar wartawan. Setidaknya 23 jurnalis telah ditahan di seluruh negeri, kata Asosiasi Jurnalis Belarusia dalam sebuah pernyataan. "Polisi menahan wartawan yang meliput protes di Minsk, Vitebsk, Hrodna dan Pinsk. Kami mengetahui ada 23 penahanan," kata mereka dalam keterangan tertulis.
CNN
https://edition.cnn.com/2020/11/15/europe/belarus-protests-death-election-intl/index.html