TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan jasa penerbangan di Malaysia diprediksi baru bisa bangkit dari dampak pandemi virus corona tiga tahun lagi. Itu pun masih tergantung pada kondisi wabah Covid-19 di Malaysia dan negara lainnya.
Peringatan tersebut disampaikan oleh Menteri Transportasi Malaysia, Wee Ka Siong, pada awal pekan ini yang mengimbau agar Komisi Penerbangan Malaysia merevisi proyeksi mereka untuk lalu linta penumpang pada tahun ini. jumlah penumpang pesawat diperkirakan terpuruk sampai 75,6 persen atau hanya mendapat 26,6 juta orang. Jumlah itu turun signifikan dibanding 2019, yang tercatat ada 109,2 juta penumpang.
“Terkait kondisi sekarang, maskapai diperkirakan membutuhkan waktu sampai tiga tahun untuk sepenuhnya pulih dari dampak pandemi virus corona, namun ini berkaca pula pada kondisi di dalam dan di luar negeri (Covid-19),” kata Wee, Senin 9 November 2020.
Ilustrasi Penerbangan Dibatalkan. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Dunia penerbangan global telah terpukul oleh dampak pandemi virus corona setelah negara-negara di dunia banyak yang menutup pintu-pintu perbatasan. Walhasil, pesawat banyak yang dikandangkan demi menghentikan penyebaran virus corona.
Menurut Wee, jumlah permintaan penumpang untuk terbang turun dari 280.321 pada Januari 2020 menjadi 59.378 pada September 2020. Kementerian Transportasi Malaysia akan terus bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata serta perusahaan-perusahaan penerbangan dalam meningkatkan kepercayaan publik untuk menggunakan jasa penerbangan dan menghidupkan pariwisata domestik.
Sedangkan untuk mengundang wisatawan mancanegara, Kementerian Transportasi Malaysia menyambut upaya pemerintah menerapkan konsep membuka pintu bagi pelancong dari negara-negara yang kasus virus coronanya terbilang rendah, seperti Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, Selandia Baru, Australia, Korea Seltan dan Jepang.
Sumber: https://www.reuters.com/article/malaysia-aviation-idUSKBN27R18B