TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, mengancam akan membatalkan pesta perayaan Natal tahun ini apabila warga terus melanggar pembatasan sosial. Hal itu menyusul banyaknya pelanggaran di hari Thanksgiving yang berdampak pada pandemi COVID-19 di Kanada.
"Kurangi kontak, kurangi berkumpul. Hal itu akan sangat penting. Apa yang kita lakukan beberapa hari ke depan akan menentukan bagaimana kita merayakan Natal nanti," ujar Justin Trudeau, dikutip dari CNN, Sabtu, 14 November 2020.
Thanksgiving dirayakan di Kanada pada 12 Oktober lalu. Seperti perayaan pada tahun-tahun sebelumnya, warga merayakannya dengan kumpul keluarga dan makan bersama. Namun, hal itu memicu peningkatan kasus COVID-19 di Kanada sejak bulan Oktober.
Per Oktober, rata-rata jumlah kasus baru per harinya di sekitaran 4000 orang. Hal itu merupakan lonjakan besar dibanding periode-periode sebelumnya di mana penambahan kasus per hari di kisaran 1000 orang. Untuk angka total, ketika berita ini ditulis, ada 287.318 kasus dan 10.828 kematian di Kanada.
Kepala Tenaga Medis, Theresa Tam, menyebut kegiatan kumpul-kumpul sebagai penyebab utama pandemi COVID-19 di Kanada memburuk. Jika kebiasaan itu tak segera dihentikan atau dikurangi, ia ragu Kanada akan memiliki cukup tenaga medis untuk menangani dampaknya. Sebab, angka kasus harian bisa membengkak dua kali lipat daripada yang ada sekarang.
Riset baru di Ontario mendukung hal tersebut. Dokter Adalsteinn Brown, Dekan dari Sekolah Kesehatan Masyarakat di Universitas Toronto, menyatakan bahwa situasi di Kanada bisa seburuk situasi pandemi COVID-19 di Eropa. Hal itu jika beberapa kota besar seperti Ontario dan Alberta tidak kunjung memperketat pembatasan sosial, walau ekonomi bisa terdampak.
"Saya rasa tidak ada cara lain untuk mencegah hal ini selain bertindak," ujar Adalsteinn.
ISTMAN MP | CNN
https://edition.cnn.com/2020/11/13/world/canada-covid-thanksgiving-surge-trnd/index.html