TEMPO.CO - Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) di bawah naungan PBB menyatakan sebanyak 74 migran tewas dalam insiden kapal karam di lepas pantai Libya, pada Kamis kemarin.
Menurut IOM, kapal mengangkut lebih dari 120 orang, termasuk anak-anak saat peristiwa terjadi. Sebanyak 47 di antaranya berhasil diselamatkan penjaga pantai dan nelayan.
"Meningkatnya jumlah korban jiwa di Mediterania adalah manifestasi dari ketidakmampuan negara mengambil tindakan tegas untuk mengerahkan kemampuan pencarian dan penyelamatan di penyeberangan laut paling mematikan di dunia," kata Kepala Misi IOM Lbya Federico Soda seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat, 13 November 2020.
Lepas pantai Libya merupakan titik utama bagi para pengungsi Afrika yang hendak menuju Eropa dengan menyebrangi Laut Tengah atau Mediterania. Menurut IOM, setidaknya 900 orang tenggelam di sana pada tahun ini karena lambatnya penyelamatan. Sementara itu sebanyak 11 ribu pengungsi telah dikembalikan ke Libya.
IOM juga menyampaikan bahwa pelabuhan Libya tidak aman untuk pemulangan karena banyak pengungsi yang berakhir di fasilitas penahanan, dan kerap dilaporkan terjadi pelanggaran HAM dan eksploitasi.
"Kami telah lama menyerukan perubahan atas pendekatan, termasuk mengakhiri pengembalian pengungsi ke negara itu dan membangun mekanisme pemulangan yang jelas dan diikuti solidaritas dari negara lain," ujar Soda.
AL JAZEERA
Sumber:
https://www.aljazeera.com/news/2020/11/12/at-least-74-migrants-dead-in-devastating-shipwreck-off-libya