TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai tindak lanjut atas aksi terorisme di Wina beberapa hari lalu, pemerintah Austria berencana membuat regulasi baru soal hukuman terhadap teroris. Rencana Austria, mereka yang terbukti sebagai teroris bisa ditahan tanpa batas waktu hingga ia dianggap tak menjadi ancaman lagi.
"Jika penjahat dengan gangguan mental bisa ditahan seumur hidup hingga dia tak lagi dianggap ancaman, maka teroris pun bisa dipenjara hingga seumur hidup," ujar Kanselir Sebastian Kurz, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 11 November 2020.
Kurz melanjutkan bahwa hukuman penjara tanpa batas waktu tersebut bisa menjadi opsi pengadilan ketika mengadili tersangka terorisme. Dan, ketika teroris terkait sudah dianggap bukan ancaman lagi, ia akan tetap diawasi secara sistemik lewat penanda elektronik.
Semua langkah tersebut, kata Kurz, dibutuhkan untuk memastikan tidak ada lagi aksi terorisme ke depannya. Ia berkata, Austria memiliki cukup banyak warga yang sudah pernah bergabung dengan ISIS sehingga kesiagaan dan hukuman berat menjadi penting sifatnya.
"Kombatan asing di Austria kurang lebih jumlahnya 150 dan sebagian di antaranya sudah di dalam penjara," ujar Kurz.
Petugas kepolisian memeriksa seorang pria setelah terjadinya penembakan serentak di enam lokasi berbeda di Vienna, Austria, 2 November 2020. Kepolisian Wina di Twitter menyebut, satu pelaku penembakan ditembak mati. REUTERS/Lisi Niesner
Hingga berita ini ditulis belum diketahui bagaimana Pemerintah Austria akan menggolkan wacana itu. Hal itu mengingat ada Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa yang ikut mengatur hukuman terhadap nara pidana. Kurz mengklaim kebijakan serupa dipakai di negara lain namun ia tidak menyebut secara spesifik negara mana.
Wakil Kanselir Werner Kogler melengkapi pernyataan Kurz bahwa wacana hukuman tanpa batas itu tidak akan berlaku pada satu jenis teroris saja, tetapi segala jenis. Kelompok Neo-Nazi, kata Kogler, bisa dijerat dengan aturan tersebut.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Wina dilanda serangan teroris pada pekan lalu. Seorang jihadi, yang belum lama keluar dari penjara setelah menjalani hukuman kurungan 2 tahun, kembali beraksi dan membunuh 5 orang. Salah satu korbannya adalah polisi dan Pemerintah Austria merasa bertanggung jawab atas insiden tersebut karena intelijen mereka kecolongan.
ISTMAN MP | REUTERS