TEMPO.CO, Jakarta - Penanganan pandemi COVID-19 bukan satu-satunya fokus Presiden Amerika Terpilih Joe Biden di tim transisinya. Di luar isu tersebut, teknologi juga menjadi perhatiannya, terutama dalam hal keamanan data pribadi publik. Oleh karenanya, ia mulai merekrut berbagai pakar usai Pemilu AS. Kebanyakan dari mereka adalah bos-bos perusahaan teknolog, Rabu, 11 November 2020.
Salah satu nama yang direkrut Joe Biden adalah Tom Sullivan, Pejabat Eksekutif Bidang Kebijakan Publik Amazon. Oleh Joe Biden, Tom Sullivan akan diminta untuk mengkaji dan memberikan masukan soal kinerja Kementerian Luar Negeri.
Selain Tom Sullivan, dari Amazon juga ada Mark Schwartz yang selama ini menangani divisi cloud computing di sana. Joe Biden memintanya untuk terlibat dalam proses manajemen dan penganggaran Kantor Kepresidenan.
Di luar Amazon, Joe Biden juga melibatkan eksekutif dari Microsoft dan Google. Nicole Isaac, Direktur Senior dari Microsoft Linkedin akan berperan dalam mengevaluasi dan memberikan masukan soal kinerja Kementerian Keuangan. Sementara itu, dari Google, ada mantan Deputi CTO Nicole Wong yang akan terlibat dalam evaluasi Dewan Keamanan Nasional.
Seorang pria melewati logo Google yang digambar menggunakan kapur tulis di Google campus dekat Pantai Venice, Los Angeles, California. Di tempat ini, sekitar 500 orang pekerja mendesain iklan video untuk situs YouTube, beberapa bagian jejaring sosial Google+ dan alat penjelajah Chrome. REUTERS/Lucy Nicholson
Joe Biden hanya melibatkan sedikit pakar teknologi dengan latar belakang akademisi. Gene Kimmelman, penasehat senior dari lembaga studi Public Knowledge, akan ditempatkan di Kementerian Kehakiman untuk memberikan rekomendasi. Contoh lain, Sarah Miller dari American Economic Liberties Project, ditempatkan di Kementerian keuangan untuk fungsi yang sama dengan Kimmelman.
Penempatan tersebut berbeda dengan apa yang diinginkan Kimmelman dan Miller. Dikutip dari kantor berita Reuters, keduanya menginginkan Joe Biden untuk menempatkan mereka dalam pengkajian persaingan tidak sehat. Hal itu menimbang praktik-praktik predatory yang kerap dipakai perusahaan teknologi demi menguasai pasar. Namun, harapan itu tidak terwujud.
Hingga berita ini ditulis, baik Kimmelman maupun Miller belum mau berkomentar. Hal senada juga ditunjukkan oleh Amazon yang menolak menjawab pertanyaan dari Reuters. Untuk Microsoft dan Google, mereka belum merespon pertanyaan yang ada.
Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris mengadakan pertemuan virtual dengan anggota Dewan Penasihat penyakit virus korona (COVID-19) di Wilmington, Delaware, 9 November 2020. Biden juga memuji kemajuan Pfizer menuju vaksin COVID-19 yang eksperimentalnya lebih dari 90 persen. REUTERS/Jonathan Ernst
Ada kekhawatiran keberadaan bos-bos teknologi di dalam tim transisi Joe Biden akan menimbulkan konflik kepentingan. Sebab, selama ini, cara berbisnis perusahaan-perusahaan teknologi Amerika kerap dipermasalahkan karena mempromosikan persaingan tidak sehat. Salah satu praktik mereka yang kerap dipermasalahkan adalah akuisisi secara agresif untuk meminimalisir persaingan.
Perusahaan - perusahaan teknologi Amerika juga beberapa kali disorot karena diduga mengambil data publik tanpa izin. Perusahaan-perusahaan itu beberapa kali membantah, bahkan ketika mereka dibawa ke Kongres. Namun, kekhawatiran itu tetap ada mengingat data publik adalah modal untuk memenangkan persaingan antar perusahaan teknologi.
Di sisi lain, kedekatan Joe Biden dengan berbagai perusahaan teknologi juga bukan rahasisa umum. Kebanyakan donaturnya bahkan orang-orang dari sektor tekonologi seperti Dustin Moskowitrz (pendirii Facebook), Jeff Lawesen (CEO Twilio), Eric Schimdt (mantan CEO Google), dan masih banyak lagi.
Menanggapi kekhawatiran yang ada, tim transisi Joe Biden mengklaim bahwa keterlibatan para bos perusahaan teknologi bertujuan untuk mempermulus transisi administrasi Joe Biden. Selain itu, juga untuk memastikan semua agenda kerja Joe Biden tercapai di berbagai lembaga.
ISTMAN MP | REUTERS