TEMPO.CO, Jakarta - Presiden AS Donald Trump berharap penghitungan ulang suara Pemilu AS akan mencegah merebut Gedung Putih.
Penghitungan ulang mungkin sedikit banyak mengubah hasil pemilihan di negara bagian dan lokal dan itu pun hanya terjadi tiga kali dalam dua dekade terakhir
Sejauh ini tidak ada penghitungan ulang yang menubah hasil pemilihan presiden. Berikut cara kerja penghitungan ulang dan dampaknya, seperti dikutip dari Reuters, 11 November 2020.
Tentang penghitungan ulang
Dalam penghitungan ulang, pihak berwenang mengulangi proses penghitungan suara. Ini adalah proses yang relatif umum dalam pemilihan AS, meskipun jarang terjadi dalam kontes pemilihan presiden.
"Penghitungan ulang adalah rutinitas. Hal yang lazim," kata profesor Sekolah Hukum William & Mary, Rebecca Green. Dia mengatakan biasanya penghitungan pertama cukup akurat meskipun ada perbedaan kecil, dan ini sering disebabkan oleh penilaian yang berbeda tentang cara menghitung surat suara yang ditandai dengan tangan dan masalah lainnya. Rebecca Green mengatakan ini bukanlah hal yang aneh.
Negara-negara bagian menangani penghitungan ulang secara berbeda, tetapi sebagian besar prosesnya adalah penghitungan ulang suara.
Di Georgia, penghitungan terbaru menempatkan Biden unggul dari Trump dengan sekitar 12.000 suara atau 49,5% berbanding 49,3%, dengan 99% dari suara yang dihitung.
Para pemilih di sana yang muncul secara langsung menggunakan sistem pemungutan suara layar sentuh baru, yang menghasilkan surat suara yang dimasukkan ke dalam pemindai dan dihitung. Orang-orang yang memilih tanpa hadir di lokasi menggunakan surat suara yang sama dan melalui pemindai serupa.
Ketika mesin tidak dapat menentukan kandidat mana yang dipilih oleh pemilih, sekelompok petugas pemilu bipartisan meninjau surat suara untuk memutuskan apakah atau bagaimana cara menghitungnya. Jika Trump meminta penghitungan ulang, pihak berwenang di Georgia akan mengulangi proses itu.
Secara terpisah, kampanye Trump mengklaim tanpa banyak bukti bahwa ia telah menemukan bukti surat suara yang diberikan oleh orang-orang yang meninggal atau telah pindah, dan bahwa sukarelawannya telah dicegah untuk memeriksa penghitungan suara sedekat yang mereka inginkan. Penghitungan ulang tidak akan membahas masalah tersebut karena itu harus diperjuangkan dalam proses hukum terpisah.
Prosesnya bisa memakan waktu berminggu-minggu, tetapi beberapa negara bagian juga menetapkan tenggat waktu untuk menyelesaikannya.
Bisakah Trump mendapatkan penghitungan ulang?
Setiap negara bagian menetapkan ambang batasnya sendiri kapan harus melakukan penghitungan ulang. Beberapa membutuhkan penghitungan ulang setiap kali selisih perolehan sangat tipis. Di Pennsylvania, salah satu negara bagian yang penting bagi kemenangan Joe Biden, penghitungan ulang diperlukan jika margin antara kandidat yang menang dan kandidat urutan kedua kurang dari 0,5% dari suara yang diberikan dalam pemilihan. Pada Selasa siang, Biden memimpin Trump di sana dengan sekitar 0,67% dari hampir 6,8 juta suara yang dihitung. Para pemilih di distrik pemilihan dapat secara terpisah mengajukan petisi ke daerah mereka untuk menghitung ulang suara di sana dan undang-undang tidak menetapkan ambang batas kapan hal itu harus dilakukan.
Negara bagian lain seperti Georgia dan Wisconsin mengizinkan kandidat yang kalah untuk memaksa penghitungan ulang tetapi tidak mengharuskannya. Georgia mengizinkan kandidat untuk meminta penghitungan ulang jika marginnya kurang dari 0,5%, sementara Wisconsin mengizinkannya margin jika kurang dari 1%. Pada Selasa, Joe Biden memimpin Trump di kedua negara bagian tersebut, tetapi selisih perolehannya cukup kecil sehingga kampanye Trump dapat meminta penghitungan ulang.
Biasanya, kandidat membuat permintaan tersebut setelah negara bagian telah mengesahkan penghitungan suara akhir, yang sampai saat ini belum disahkan.
Apakah penghitungan ulang berdampak pada hasil Pemilu AS?
Penghitungan ulang jarang mengganggu hasil pemilu. Ini bisa terjadi pada kasus di mana hanya beberapa ratus suara yang memisahkan dua kandidat teratas.
Sebuah studi tahun lalu oleh kelompok non-partisan Fair Vote menyimpulkan bahwa negara bagian telah melakukan 31 penghitungan ulang di seluruh negara bagian antara tahun 2000 dan 2019, dan bahwa hasilnya berubah hanya di tiga negara bagian. Itu terjadi dalam pemilihan gubernur di negara bagian Washington pada tahun 2004 dan dalam pemilihan auditor negara bagian di Vermont pada tahun 2006.
Penghitungan ulang juga memutuskan hasil pemilihan Senat AS di Minnesota pada tahun 2008. Sebelum penghitungan ulang, senator petahana, Norm Coleman, unggul dengan 215 suara. Ketika pemilu usai, lawannya, Al Franken, menang dengan 225.
Tetapi karena proses hukum yang tertunda, proses tersebut memakan waktu lama sehingga kursi Senat AS tetap kosong selama enam bulan.
Biasanya, lebih sering pemenang yang unggul sedikit lebih banyak ketika penghitungan ulang. Rata-rata, mereka mengubah hasil sebesar 0,024%, menurut Fair Vote, margin yang jauh lebih kecil daripada yang dibutuhkan Trump untuk menyalip Biden di salah satu negara bagian medan pertempuran, di mana Trump kalah dengan margin yang tipis.
Wisconsin, tempat kampanye Trump mengatakan dia akan mengupayakan penghitungan ulang tahun ini, pernah menghitung kembali suara pemilihan presiden ketika Trump terpilih pada 2016. Kandidat Partai Hijau Jill Stein, yang memenangkan sekitar 1% suara, meminta penghitungan ulang. Proses penghitungan ulang tersebut menambahkan 131 suara untuk Trump.
Minggu lalu, mantan gubernur Republik negara bagian Wisconsin, Scott Walker, memperingatkan bahwa Trump menghadapi rintangan berat dalam mencoba mengganggu hasil pemilihan, di mana Trump sekarang tertinggal dari Biden di negara bagian itu dengan lebih dari 20.000 suara.
Adapun penghitungan ulang presiden paling terkenal terjadi di Florida pada tahun 2000, ketika George W. Bush unggul 1.784 suara di atas Al Gore dalam negara bagian yang akan menentukan siapa di antara mereka yang akan menjadi presiden. Setelah penghitungan ulang dan litigasi yang diajukan ke Mahkamah Agung AS, Florida akhirnya menyatakan bahwa Bush telah menang dengan 537 suara dalam pilpres AS 2000.
Trump menggugat Pennsylvania
Partai Republik di Washington, yang dipimpin oleh Trump dan Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell, telah menolak untuk menerima hasil pemilihan November, memberikan kepercayaan pada klaim tidak berdasar bahwa ada kecurangan yang meluas dalam pemilihan di mana Trump dikalahkan, CNN melaporkan.
Pada Senin tim kampanye Donald Trump menggugat Sekretaris Negara Bagian Pennsylvania, Kathy Boockvar, untuk mencegahnya memberikan sertifikasi kepada penantang Demokrat Joe Biden sebagai pemenang 20 suara elektorat negara bagian dalam pemilihan presiden pekan lalu.
Reuters melaporkan, Joe Biden merebut negara bagian Pennsylvania yang memiliki 20 suara elektorat pada hari Sabtu, memberinya cukup suara Electoral College untuk menyatakan kemenangan dalam pemilihan umum, meskipun Trump menolak untuk mengalah.
Tim kampanye Trump telah mengajukan banyak tuntutan hukum di banyak negara bagian, berharap untuk memastikan dirinya akan memiliki masa jabatan kedua.
Sebagian besar telah mempertanyakan metode tabulasi suara atau mempertanyakan apakah surat suara yang datang terlambat harus dihitung.
Beberapa tuntutan hukum telah dibatalkan, dan para ahli hukum mengatakan peluang kasusnya kecil dan tidak mungkin mengubah hasil Pemilu AS.
Sumber:
https://uk.reuters.com/article/uk-usa-election-recount-explainer/explainer-why-recounts-rarely-change-the-results-of-u-s-elections-idUKKBN27Q381
https://uk.reuters.com/article/uk-usa-election-legal-challenges-factbox/factbox-trump-campaign-sues-pennsylvania-to-stop-biden-win-adds-to-election-lawsuits-idUKKBN27Q2W1
https://edition.cnn.com/2020/11/10/politics/transition-teams-biden/index.html