TEMPO.CO, Jakarta - Kota terbesar Nagorno-Karabakh dibombardir artileri berat pada Kamis kemarin, menurut sumber yang bekerja di sana, sementara kelompok jurnalis Reporters Without Borders menyerukan evakuasi yang aman bagi warga sipil yang terjebak di Stepanakert.
Reporters Without Borders, sebuah kelompok nirlaba, menulis di Twitter meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa, Dewan Uni Eropa dan Azerbaijan untuk melakukan segala kemungkinan evakuasi warga sipil, termasuk 80 jurnalis lokal dan asing.
Dikutip dari Reuters, 6 November 2020, sedikitnya 1.000 orang dan mungkin lebih banyak lagi telah tewas sejak pertempuran meletus pada 27 September di Nagorno-Karabakh, daerah kantong pegunungan yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni dan dikendalikan oleh etnis Armenia.
Tim pencari dan penyelamat bekerja di lokasi ledakan dari roket Armenia selama pertempuran memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh di kota Ganja, Azerbaijan, 17 Oktober 2020. Azerbaijan juga melaporkan tentara Armenia juga melancarkan serangan rudal ke Mingachevir. REUTERS/Umit Bektas
Seorang reporter lepas yang bekerja di Stepanakert, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan kepada Reuters melalui telepon bahwa kota itu sedang ditembaki sebelum mematikan handset untuk menghindari risiko pelacakan.
"Sirene serangan udara tidak berhenti sepanjang hari," kata reporter kedua, lagi-lagi berbicara melalui telepon dari Stepanakert.
Seorang wartawan ketiga dari Prancis, mengatakan bahwa beberapa wartawan telah meninggalkan kota melalui jalur utara karena jalan utama menuju ibu kota Armenia, Yerevan, melalui wilayah strategis Lachin, juga diserang.
Layanan Darurat dan Penyelamatan Nagorno-Karabakh yang dikendalikan etnis Armenia mengatakan pada Kamis bahwa kota Stepanakert, yang disebut Khankendi oleh Azerbaijan, ditembaki oleh pasukan Azeri.
Dilaporkan artileri berat juga telah digunakan di kota Martuni, yang dikenal oleh Azerbaijan sebagai Khojavend, sementara Shushi, atau Shusha, kota terbesar kedua di kantong itu, telah rusak akibat tembakan artileri.
Kementerian pertahanan Azerbaijan membantah tuduhan tersebut. Kota Terter dan desa terdekat, serta desa-desa di wilayah Aghdam di timur zona konflik, dikabarkan juga telah dibom. Pasukan etnis Armenia membantahnya.
Kementerian pertahanan Azerbaijan mengatakan operasi tempur berlanjut dengan intensitas yang bervariasi di sekitar Aghdere atau Martakert dalam bahasa Armenia, dan Khojavend.
Pertempuran terburuk di Kaukasus Selatan selama lebih dari 25 tahun telah menggarisbawahi pengaruh Turki, sekutu Azerbaijan, di wilayah yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet dan telah lama didominasi oleh Moskow, yang memiliki pakta pertahanan dengan Armenia.
Tiga gencatan senjata gagal, sementara serangan dilanjutkan dalam beberapa jam setelah kesepakatan oleh pihak yang bertikai Jumat lalu untuk menghindari penargetan warga sipil.
Kementerian pertahanan Nagorno-Karabakh yang dikuasai etnis Armenia mengatakan 1.177 tentaranya telah tewas sejak 27 September. Azerbaijan tidak mengungkapkan korban militernya, sementara Rusia memperkirakan 5.000 kematian di kedua belah pihak.
Sumber:
https://uk.reuters.com/article/uk-armenia-azerbaijan/heavy-shelling-hits-nagorno-karabakhs-largest-city-sources-idUKKBN27L2M7