TEMPO.CO, Michigan - Pemilih di Michigan menyerukan agar transisi kekuasan di Gedung Putih berlangsung damai ketika Pemilu AS usai. Hal tersebut merespon ketatnya persaingan antara Donald Trump dan Joe Biden. Saking ketatnya, kedua calon saling berebut suara elektoral yang berujung pada gugatan hukum dari Donald Trump. Donald Trump meminta penghitungan ulang atas hasil yang sudah ada.
Salah satu pemilih yang mendesak transisi damai adalah Leonard Standridge (70) yang berasal dari Davison, Michigan. Mengikuti unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Michigan, Leonard berkata bahwa kelakuan inkumben (Donald Trump) membuatnya khawatir soal proses transisi di Gedung Putih nanti misalkan Joe Biden yang menang.
“Ini bukan pemilihan presiden pertama saya. Tapi kelakuan inkumben saat ini membuat saya khawatir terganggunya integrasi pemilihan kita. Ini belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Leonard kepada Tempo di Michigan, Rabu malam, 4 November 2020
Langkah Presiden Amerika Donald Trump menggugat proses Pemilu AS mendapat kecaman di negara bagian Michigan. Unjuk rasa damai digelar di depan Kantor Gubernur Michigan untuk menunjukkan protes itu, Rabu, 4 November 2020
Leonard tidak sendiri. Di depan kantor gubernur, sekitar seratus orang warga Michigan berkumpul untuk mengawal proses Pemilu AS. Selain mendesak agar tahapan yang tersisa berjalan damai, mereka juga meminta Donald Trump untuk tidak mengintervensi proses penghitungan suara. Adapun mereka yang hadir di sana juga mengenakan kaos bertulisan "Count Every Vote" ("Hitung Semua Suara") untuk menunjukkan protes mereka.
Per berita ini ditulis, Joe Biden sudah membalikkan keunggulan Donald Trump di Michigan. Sejak surat suara baru masuk, ia kembali unggul dengan perolehan sementara 50,3 persen melawan 48,1 persen. Jika Joe Biden dinyatakan sah memenangkan negara bagian Michigan, maka jalan ia ke Gedung Putih akan terbuka lebar. Secara nasional, Joe Biden hanya butuh 6 suara elektoral lagi dari total 270.
“Saya senang dengan kemenangan Joe Biden. Donald Trump membawa banyak petaka untuk negara ini,” kata Leonard. Ia telah memilih jauh-jauh hari via pos.
Pernyataan senada disampaikan oleh warga Michigan lainnya, Nicholas Jansen. Diwawancarai Tempo, ia menyatakan bahwa Donald Trump maupun Joe Biden tidak boleh mengganggu proses penghitungan suara yang berjalan dan harus siap menerima siapapun yang menang agar transisi berjalan lancar.
“(Penghitungan suara) Tak boleh diganggu gugat kandidat presiden manapun,” ujar Nicholas.
Sebagai catatan, gugatan sudah diajukan kubu Donald Trump pada Rabu siang waktu setempat. Saat itu, proses penghitungan suara masih berjalan di Michigan karena beberapa surat suara belum terhitung. Rabu malamnya, beberapa kantor berita mengumumkan Michigan dimenangkan Biden dengan selisih suara sekitar 120 ribu. Kemenangan Biden tersebut mengejutkan karena pada 2016 Trump memerahkan Michigan.
Di Michigan, kantong suara Biden ada di kota-kota besar seperti Lansing, Detroit, Ann Arbor, Flint, dan Grand Rapids. Pada masa kampanye, kedua kandidat juga beberapa kali mengunjungi Michigan untuk menggaet pemilih. Michigan menjadi lokasi pertarungan ketat karena Trump berusaha mempertahankan suara, sementara Biden berusaha membirukan kembali kantong suara Demokrat.
INDRI MAULIDAR (MICHIGAN)