TEMPO.CO, Jakarta - Kampanye akhirnya berakhir dan Amerika memasuki hari paling krusial: Pemungutan suara. Pemilu AS secara resmi dimulai pada 3 November 2020 ini waktu Amerika. Salah satu dari Donald Trump dan Joe Biden akan menjadi Presiden Amerika yang baru.
Dikutip dari laporan New York Times, kampanye Pemilu AS berakhir dengan Joe Biden memimpin Donald Trup di berbagai survei. Dikutip dari New York Times, Joe Biden memimpin dengan selisih 8 persen (secara nasional) lebih tinggi dibandingkan Donald Trump, 52 persen berbanding 44 persen. Secara elektoral, dia diperhitungkan mampu mengumpulkan hingga 349 suara elektoral (minimal 270).
Perolehan Joe Biden tersebut termasuk yang tertinggi dalam 24 tahun terakhir. Terakhir kali seorang calon presiden Amerika memimpin dengan leluasa, hal itu terjadi di tahun 1996 dengan Bill Clinton sebagai pemenang.
Keunggulan Joe Biden tersebut berasal dari posisinya yang konsisten di negara bagian kantong suara atau swing states. Swing states, sebagaimana diketahui, adalah negara bagian yang volatil di mana dukungan terhadap suatu calon bisa berubah sewaktu-waku. Swing states tersebut meliputi Arizona, Florida, Michigan, Pennsylvania, North Carolina, dan Wisconsin.
Presiden AS Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden berpartisipasi dalam debat presiden terakhir di Curb Event Center di Belmont University di Nashville, Tennessee, AS, 22 Oktober 2020. [Chip Somodevilla / Pool via REUTERS]
Di tahun 2016, swing states tersebut semuanya dikuasi Donald Trump. Namun, menurut survei Reuters dan NY Times, Joe Biden relatif memimpin di negara-negara bagian itu. Rinciannya, Arizona 49 persen, Florida 50 persen, Michigan 52 persen, Pennsylvania 51 persen, North Carolina 49 persen, dan Wisconsin 43 persen.
Dari keenam negara bagian itu, situasi yang ketat ada di Arizona, Florida, Pennyslvania, dan North Carolina. Di keempat negara bagian itu, Donald Trump relatif tidak tertinggal jauh. Selisih dengan Joe Biden berada di rentang 1-7 persen. Sebagai contoh, di Pennsylvania, Donald Trump mengumpulkan 44 persen dukungan dibandingkan Joe Biden 51 persen menurut Reuters.
Contoh yang lebih dekat lagi di North Carolina. Di sana, menurut Reuters, selisih Joe Biden dengan Donald Trump hanya 1 persen. Donald Trump mengumpulkan 48 persen dukungan dibanding Joe Biden yang 49 persen.
Jika Joe Biden menyapu bersih keempat negara bagian itu, maka dia akan menyudahi kepresidenan Donald Trump. Namun, jika tidak, maka Donald Trump akan memiliki kesempatan bertahan. Hal itu akan makin kuat apabila margin polling error lebih dari 5 persen. Kemungkinannya kecil, tapi segalanya bisa terjadi.
Lembaga survei mengklaim kesalahan 2016 tidak akan terulang. Survei memakai indikator yang lebih komplit tahun ini. Salah satunya, mengikutkan unsur pendidikan mengingat Donald Trump membuat kejutan dengan mengamankan dukungan dari kelompok tersebut. Mereka rata-rata adalah pekerja kerah biru dan penduduk dari kota-kota pinggiran yang mengalami deindustrialisasi.
Per berita ini ditulis, suara-suara di kota-kota pinggiran sudah mulai dihitung karena pemilu dini. Kemungkinan akan lebih dulu mengumumkan hasilnya dalam beberapa jam ke depan.
ISTMAN MP | REUTERS | NY TIMES