TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan warga Thailand berkumpul untuk menyampaikan dukungannya terhadap monarki dan Raja Thailand Maha Vajiralongkorn. Dengan mengenakan baju warna kuning, para pendukung raja memadati The Grand Palace.
Aksi ini digelar untuk menandingi unjuk rasa menentang pemerintahan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha dan mendorong reformasi di kerajaan.
“Sudah waktunya kita keluar untuk melindungi monarki kita tercinta,” kata Bin Bunleurit, mantan bintang film yang menjadi peserta aksi dikutip dari Reuters, Ahad, 1 November 2020.
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn saat tiba untuk memberikan penghormatan di monumen Raja Rama I untuk menghormati dimulainya dinasti Chakri di Bangkok, Thailand, 6 April 2020. REUTERS/Athit Perawongmetha/Pool
Bin mengatakan setiap orang punya hak untuk menyerukan perubahan. Namun ia mempertanyakan alasan para penentang raja yang ingin mereformasi monarki.
Suwit Thongprasert, seorang biksu Budha dan pemimpin loyalis, sumringah dengan ribuan peserta aksi yang hadir.
"Ini adalah sinyal bagi mereka yang ingin menghapus monarki untuk memikirkan rakyat," katanya kepada wartawan.
Dalam beberapa pekan unjuk rasa besar menentang perdana menteri dan raja berlangsung di Thailand. Pihak Istana belum memberikan komentar apapun sejak protes terjadi pada pertengahan Juli.
Para aktivis merasa kewenangan Raja Maha Vajiralongkorn terlalu besar. Mereka mengkritik masa tinggal lama raja di Jerman sebagai pemborosan dan menuduh monarki memungkinkan dominasi militer selama beberapa dekade.
Protes yang dipimpin mahasiswa dan pemuda ini pada awalnya meminta Prayuth mundur. Namun hal ini menjadi tantangan terbesar bagi monarki sejak berakhirnya pemerintahan kerajaan absolut pada tahun 1932.
Pemerintah Prayuth melarang unjuk rasa pada bulan lalu dan menangkap banyak pemimpin aksi. Namun tindakan darurat ini menjadi bumerang karena menarik lebih banyak simpati orang untuk ikut berdemonstrasi di jalan-jalan di Bangkok.
Prayuth berkukuh tidak akan mengundurkan diri dan menolak tuduhan bahwa pemilu tahun lalu direkayasa untuk kemenangannya.
Sumber: https://www.reuters.com/article/idUSKBN27H19A?il=0