TEMPO.CO, Jakarta - Jerman dan Prancis dikabarkan mulai bersiap-siap menerapkan lockdown COVID-19 lagi. Hal tersebut menyusul memburuk situasi pandemi COVID-19 di wilayah Eropa. Angka kematian akibat virus Corona di Eropa diketahui meningkat 40 persen dalam sepekan terakhir.
Kanselir Jerman Angela Merkel, misalnya, diagendakan menemui para kepala negara bagian untuk membahas segala opsi pembatasan sosial sebelum terpaksa melakukan lockdown penuh. Merkel ingin sejumlah lokasi publik ditutup dan hanya sekolah yang dibiarkan buka.
"Dalam pembatasan yang baru, warga Jerman hanya boleh berpergian bersama anggota keluarganya sendiri. Gym, diskotek, bioskop, teater, gedung opera, dan gedung konser tutup," ujar dokumen pembatasan sosial yang disiapkan Angela Merkel, dikutip dari Reuters, Rabu, 28 Oktober 2020.
Restoran di Jerman, menurut rencana Angela Merkel, hanya boleh melayani takeaway. Sementara itu, untuk pertokoan, akan diperbolehkan buka selama memenuhi standar kebersihan yang ditetapkan Pemerintah Jerman.
Untuk Prancis, Presiden Emmanuel Macron diagendakan memberikan keterangan malam ini soal rencana pembatasan sosial, apakah lockdown penuh atau tidak. Prancis, beberapa hari terakhir, bisa mencatatkan 50 ribu kasus baru per 24 jam.
Menurut laporan Reuters, Prancis akan menerapkan pembatasan sosial yang sama dengan Jerman, sebisa mungkin menghindari lockdown penuh. Perkantoran dan sekolah akan dibiarkan tetap buka, namun ruang publik dibatasi dengan harapan pertumbuhan kasus bisa ditekan.
"Jika tidak ada upaya apapun (untuk menekan pandemi COVID-19), ruang perawatan intensif akan penuh per 11 November," ujar Perdana Menteri Prancis, Jean Castex.
Per berita ini ditulis, Eropa mencatatkan 1,3 juta kasus COVID-19 baru dalam sepekan terakhir atau hampir separuh dari angka global. Angka kematian baru ada 11.700 atau 37 persen lebih tinggi di pekan sebelumnya.
Spesifik Prancis, mereka mencatatkan 1,1 juta kasus serta 35 ribu kematian akibat COVID-19. Sementara itu, untuk Jerman, 465 ribu kasus dan 10 ribu kematian.
ISTMAN MP | REUTERS