TEMPO.CO, Jakarta - Inkumben Presiden Amerika Donald Trump kembali memprotes pelaksanaan Pilpres Amerika. Kali ini, dia mempermasalahkan potensi penghitungan hasil Pilpres Amerika yang molor karena banyaknya surat suara yang masuk. Sejatinya, hasil Pilpres Amerika diprediksi keluar pada 3 November 2020 nanti.
Per hari Selasa kemarin, total sudah ada 70 juta surat suara yang masuk. Angka tersebut 50 persen lebih banyak dibanding capaian Pilpres Amerika 2016 menurut US Elections Project, University of Florida. Mengingat surat suara tersebut ada yang "dicoblos" secara langsung ataupun via pos, US Elections Project memperkirakan proses rekapitulasi akan memakan waktu lebih dari sepekan.
"Menurut saya akan lebih pantas apabila pengumuman pemenang dilakukan pada 3 November dibanding menunggu dua pekan. Menurut saya, itu tidak pantas dan sepertinya tidak diperbolehkan secara hukum. Kita lihat saja," ujar Donald Trump, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 28 Oktober 2020.
Donald Trump, sebagaimana diketahui, sudah sering mengkritik pelaksanaan Pilpres Amerika. Salah satu yang paling sering ia lakukan adalah menentang mekanisme pemilu via pos. Ia menyebut mekanisme itu rentan dicurangi walaupun ia tidak memiliki buktinya. Dalam satu kesempatan, ia bahkan memilih Pilpres Amerika ditunda saja dibanding digelar lewat pos.
Lucunya, terkait pengumuman pemenang berpotensi molor, Donald Trump sudah melempar sinyal akan mempermasalahkan hasil pilpres jika ia kalah. Dengan kata lain, jika Capres Demokrat Joe Biden dinyatakan menang dan hasilnya diperkarakan, pengumumannya pun bakal molor beberapa pekan.
Sejumlah pihak, termasuk Joe Biden, khawatir Donald Trump benar-benar akan memperkarakan hasil Pilpres Amerika jika dirinya kalah. Apalagi, Donald Trump sudah mengupayakan agar susunan Majelis Hakim di Pengadilan Mahkamah AS didominiasi konservatif jika hasil Pilpres Amerika diperkarakan.
Sejauh ini, Donald Trump masih ketinggalan dari Joe Biden dalam hal popularitas dan elektabilitas. Joe Biden memimpin dengan 52 persen sementara Donald Trump 42 persen menurut survei terakhir Reuters.
ISTMAN MP | REUTERS