Menurut peraih Nobel Perdamaian ini, negeri kecil yang baru dalam tahap pembangunan tersebut berniat memperbaiki hubungan baik dengan Indonesia. Karena kerja sama dalam perbaikan ekonomi dan persahabatan, tidak harus lewat pengadilan.
“Saya memberikan amnesti kepada beberapa milisi (pelaku konflik 1999) dengan maksud agar rakyat mencoba melupakan masa lalu," kata Horta, Sabtu (13/10) dalam dialog dengan warga Soibada, Distrik Manatuto.
"Saya akan berkunjung ke Indonesia bertemu dengan pemimpin di sana untuk menormalisasikan hubungan kedua negara ini,” ujar dia. Horta mengaku, warga RI dan warga Timor leste juga ikut korban dan sengsara dalam perjuangan selama 24 tahun pada rezim Soeharto.
Menurut Horta, menyeret Jenderal Wiranto dan pelaku lainya di pengadilan internasional akan memberikan dampak negatif bagi perekonomian dan pendidikan Timor Leste, terutama para pelajar di Indonesia.
Karena, menurut hasil investigasi jurnalis internasional, pelaku yang terlibat pada konflik 1999 bukan hanya diperankan oleh mayoritas milisi dari Timor Leste semata, tetapi juga orang luar.
“Banyak milisi yang menyelamatkan rakyat kecil, seperti Eurico Guterres walaupun dia lebih buruk dari milisi lain tetapi juga menyelamatkan banyak orang,” kata Horta.
Dengan demikian, Horta menegaskan, jika negeri kecil itu ingin meraih perdamaian dan hidup tenang, sebaiknya hubungan baik RI dan Timor Leste terus diperbaiki.
Jose Sarito Amaral