TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus mengangkat kardinal pertama dari kalangan warga kulit hitam Amerika Serikat pada Ahad, 25 Oktober 2020.
Wilton Gregory, 73 tahun, merupakan satu dari 13 orang kardinal baru, yang disebut Paus, dan akan menjalani upacara pegesahan pada Desember.
Gregory juga merupakan uskup agung pertama dari warga kulit hitam, yang bertugas di Washington DC pada 2019.
“Paus Fransiskus mengatakan Gregory terpilih bersama sejumlah tokoh lainnya dari Rwanda, Filipina dan negara lain untuk memakai topi merah khas kardinal,” begitu dilansir Reuters pada Ahad, 25 Oktober 2020.
Nama Gregory Wilton sempat menghiasi pemberitaan di AS saat dia melontarkan kritik terhadap Presiden Donald Trump.
Ini terkait sesi foto Trump di sebuah gereja di Washington sambil memegang injil setelah beberapa saat sebelumnya polisi melemparkan gas air mata untuk menghalau demonstran pada Juni 2020.
Gregory merupakan seorang pembela hak-hak sipil yang lantang. Dia juga mengomentari kasus tewasnya pria kulit hitam George Floyd.
Floyd tewas dalam tahanan polisi setelah sempat ditindih dengan dengkul pada bagian leher oleh seorang polisi kulit putih pada saat penangkapan pada Mei.
“Saya merasa bingung dan menyayangkan jika ada fasilitas Katolik disalah-gunakan dan dimanipulasi sehingga melanggar prinsip-prinsip agama kita,” kata Gregory dalam pernyataan sebelum Trump dan Melania Trump tiba di Saint John Paul II National Shrine pada Juni.
Sehari sebelum pernyataan ini keluar, Trump sempat berfoto di depan gereja di Washington sambil memegang injil setelah petugas keamanan menghalau sejumlah pemrotes dengan menggunakan gas air mata dan peluru karet.
Gregory juga dikenal bersikap tegas terhadap skandal pelecehan seksual yang menerpa sejumlah pastor dari Gereja Katolik Roma. Dia meminta kebijakan toleransi nol diterapkan soal ini.
Penunjukan Wilton Gregory ini mendapat dukungan dari tokoh Katolik lainnya yaitu Johnny Zokovitch, yang merupakan direktur eksekutif Pax Christi USA. Ini adalah organisasi Katolik untuk perdamaian dan keadilan di Washington DC.
“Itu mengirim pesan penting di tengah terjadinya rasisme sistemik di bangsa kita seiring jutaan orang melakukan demonstrasi Black Lives Matter,” kata Johnny Zokovitch.
Sumber