TEMPO.CO, Jakarta - Gelombang demonstrasi anti-pemerintah di Thailand bakal berlanjut pada Ahad ini dan Senin setelah Perdana Menteri Prayuth Chan-o-cha menolak mundur saat tenggat pada pukul 10 malam pada Sabtu kemarin berakhir.
Prayuth hanya mengatakan ‘tidak akan mundur’ saat ditanya media pada Sabtu kemarin. Dia mengatakan itu seusai acara doa bersama Budha untuk kesembuhan nasional.
Seusai acara doa bersama, Prayuth mengatakan,”Saya mendesak semua orang untuk rekonsiliasi dan membantu menyelesaikan masalah bersama.”
Prayuth telah meminta parlemen menggelar sidang istimewa pada Senin dan Selasa besok untuk menyelesaikan krisis itu. Namun, seperti dilansir Reuters pada Sabtu, 24 Oktober 2020, publik tidak begitu percaya dengan hasilnya karena para pendukung Prayuth menguasai mayoritas kursi di parlemen.
Aksi demonstrasi di Thailand telah berlangsung selama sekitar tiga bulan dengan tuntutan Prayuth mundur, pembentukan konstitusi baru dan mereformasi kerajaan.
“Prayuth adalah masalahnya. Ini hambatan pertama yang harus kami singkirkan,” kata Jatupat ‘Pai’ Boonpattararaksa, salah satu pemimpin aksi demonstrasi, seperti dilansir Reuters.
Jatupat adalah salah satu dari belasan pemimpin aksi protes yang ditangkap petugas dan dibebaskan dengan uang jaminan pada Jumat pekan lalu.
Prayuth Chan-o-cha, yang mulai berkuasa lewat kudeta militer pada pertengahan 2014, menolak tudingan merekayasa pemilu 2019, yang membuatnya terpilih sebagai PM.
Sumber