TEMPO.CO - Ibarat pepatah sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah kehidupan masyarakat di kawasan Nagorno-Karabakh saat ini. Selain karena peperangan antara Armenia dan Azerbaijan yang masih berlangsung, penderitaan mereka bertambah dengan penyebaran Covid-19 yang meluas.
Di ruang bawah tanah, warga Nagorno-Karabakh yang sehat dan yang sudah positif Covid-19 bercampur untuk sama-sama berlindung dari tembakan artileri.
“Kami tidak punya waktu untuk memikirkan tentang virus corona,” kata Irina Musaelyan, seorang warga ibu kota daerah Stepanakert yang berlindung di ruang bawah tanah bersama tetangganya, seperti dikutip dari Associated Press, Jumat, 23 Oktober 2020.
Situasi di Nagorno-Karabakh saat ini menghadapi eskalasi terbesar sejak perang di sana berakhir pada 1994. Ratusan orang tewas sejak pertempuran pecah pada 27 September. Dua upaya gencatan senjata yang dilakukan, gagal.
Covid-19 pun sudah menginfeksi banyak dokter hingga menteri kesehatan setempat. Petugas kesehatan yang sudah positif akhirnya terpaksa tetap bertugas untuk merawat pasien yang sakit karena Covid-19 atau terluka akibat perang.
“Hampir semua orang terinfeksi. Beberapa mengidapnya dalam bentuk ringan dan yang lain dalam bentuk yang lebih serius," kata Kepala Klinik Penyakit Menular di Stepanakert, Dr. Malvina Badalyan, saat menceritakan kondisi petugas kesehatan di wilayah itu.
Menurut dia, di tengah pandemi Covid-19 dan perang dengan korban luka yang membanjiri rumah sakit, tidak ada yang bisa dilakukan para dokter dan tenaga medis lainnya selain tetap bekerja.
“Banyak dokter dan perawat tahu bahwa mereka terinfeksi, tetapi mereka tetap bungkam tentang hal itu. Mereka mungkin berbaring di sudut untuk menurunkan demam, lalu bangun dan melanjutkan operasi," kata Ararat Ohanjanyan, menteri kesehatan pemerintah daerah Nagorno-Karabakh.
AHMAD FAIZ | AP
https://apnews.com/article/virus-outbreak-pandemics-azerbaijan-armenia-europe-14f519a45ce899c2c7a52cba7c876850