TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, mengatakan tidak melihat ada solusi diplomatik untuk menyelesaikan konflk Nagorno-Karabakh, yang tertelak di pegunungan.
Nagorno-Karabakh adalah wilayah di Azerbaijan dengan mayoritas penduduk etnis Armenia dan berusaha memisahkan diri sejak 1990an.
Pashinyan mengatakan ini menyusul pernyataan dari Presiden Azerbaijan, yang meyakini konflik ini hanya bisa diselesaikan secara militer.
Konflik Nagorno-Karabakh kembali memanas sejak 27 September, yang melibatkan militer etnis Armenia, yang didukung Armenia, dan militer Azerbaijan.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan telah berbicara secara terpisah dengan menlu Armenia dan Azerbaijan. Keduanya bakal bertemu dengan Menlu Mike Pompeo di Washington, Amerika Serikat, pada Jumat pekan ini. Pompeo berharap solusi diplomatik bisa tercapai.
“Jalan yang tepat ke depan adalah menyelesaikan konflik, katakan kepada mereka untuk deeskalasi, dan setiap negara lain tidak boleh ikut campur, dan tidak menyediakan bahan bakar untuk konflik ini, tidak ada pasokan sistem senjata dan dukungan. Ini akan membuat solusi diplomatik akan tercapai,” kata Pompeo.
Namun, PM Armenia, Pashinyan, menurunkan optimisme untuk solusi diplomatik yang disarankan Pompeo.
“Kita harus menyadari isu Karabakh, setidaknya pada tahap ini, dan untuk waktu lama tidak bisa diselesaikan secara diplomatik,” kata Pashinyan.
Menurut dia, solusi diplomatik yang bisa diterima Armenia tidak bisa diterima Azerbaijan lagi.
Azerbaijan telah menyatakan solusi konflik ini adalah pasukan Armenia keluar dari Nagorno-Karabakh. Namun, Armenia menolak dengan alasan itu tanahnya.
Sumber