TEMPO.CO - Modus kejahatan remaja pemenggal guru di Prancis termasuk mengerikan dan sadis. Remaja usia 18 tahun ini diduga sempat mengirimkan pesan ke salah satu orang tua murid sebelum membunuh guru Samuel Paty yang mengajarkan tentang kartun Nabi Muhammad kepada para siswanya di kelas.
Sumber di kepolisian mengatakan kepada Reuters bahwa orang tua murid ini lalu menyebarkan ujaran kebencian terhadap Paty lewat media sosial.
Mengutip Reuters, Rabu, 21 Oktober 2020, sumber itu mengatakan pelaku mengirim pesan SMS kepada seorang ayah dari salah satu siswa Paty yang beragama Islam.
"Tidak diketahui apakah orang tua itu sempat membalasnya atau tidak," kata sumber ini.
Namun BFM TV melaporkan bahwa dia telah bertukar pesan WhatsApp dengan pelaku beberapa hari sebelum pembunuhan. Orang tua itu kini ditahan polisi bersama 15 orang lain terkait pembunuhan Paty.
Paty dipenggal di satu jalan di siang bolong di Conflans-Sainte-Honorine, pinggiran kota Paris, oleh remaja Chechnya yang berusia 18 tahun. Pelaku lahir di Moskow dan pernah tinggal di Prancis sebagai pengungsi.
Jaksa penuntut mengatakan sebelum menjalankan aksinya pelaku mendekati murid-murid di luar College du Bois d'Aulne. Ia meminta mereka untuk mengidentifikasi Paty saat dia pergi ke rumah.
Media Prancis melaporkan bahwa empat dari siswa yang ditanyai pelaku menerima uang tunai dari si pembunuh. Tidak jelas apakah mereka tahu motif mengerikannya.
Selain itu, imbas kejadian ini otoritas Prancis menutup Masjid Pantin yang terletak di pinggiran Paris. Penutupan akan berlangsung selama 6 bulan. Otoritas menduga pengurus masjid itu menyebarkan video di halaman Facebook resmi yang mengecam tindakan Paty beberapa hari sebelum pembunuhan terjadi.
AHMAD FAIZ | REUTERS
https://www.reuters.com/article/us-france-security-parent/french-teachers-killer-messaged-with-parent-angry-over-caricatures-source-idUSKBN2751QS