TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Iran menerapkan dua syarat khusus dalam menggelar jual beli senjata pasca embargo. Pertama, senjata tidak boleh dibeli untuk disalahgunakan. Kedua, senjata hanya boleh dibeli untuk urusan pertahanan. Hal tersebut untuk merespon kekhawatiran berbagai pihak soal kembalinya Iran ke pasar senjata akan memperkeruh situasi di Timur Tengah.
"Kami berkeyakinan tetap bisa berdagang dalam lingkungan kesepakatan internasional. Apa yang mereka khawatirkan adalah Iran kembali ke pasar teknologi dan ekspor senjata," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibazadeh, dikutip dari kantor berita Al Jazeera, Senin, 19 Oktober 2020.
Apa yang dikatakan Khatibzaedh melengkapi pernyataan sikap Iran yang dinyatakan pekan lalu di hari pencabutan embargo. Pemerintah Iran menyatakan bahwa perdagangan senjata non konvensional, senjata pemusnah masal, dan belanja besar-besaran tidak ada dalam doktrin pertahanan mereka. Namun, beberapa negara masih waswas.
Amerika adalah salah satu pihak yang khawatir akan dampak dari berakhirnya embargo senjata Iran. Menurut mereka, hal itu bisa memperkeruh situasi di Timur Tengah, baik Iran menjual ataupun membeli persenjataan baru. Jika Iran membeli persenjataan baru, menurut Pemerintah Amerika, kemungkinan besar tawaran akan datang dari Rusia dan Cina yang merupakan sekutu Iran.
"Negara manapun yang menjual persenjataan ke Iran berarti menyiksa rakyat-rakyat Iran dengan membiarkan terbentuknya rezim yang memusatkan anggarannya untuk kepentingan militer" ujar Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo.
Selain Amerika, pihak yang khawatir adalah Israel. Israel adalah oposisi Iran di Timur Tengah dan posisi mereka kali ini tengah kuat-kuatnya karena didukung normalisasi hubungan. "Kami akan melakukan hal apapun untuk mencegah Iran membeli senjata," ujar Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz.
Terkait kemampuan persenjataan, Iran tidak dikenal canggih seperti Amerika ataupun Cina. Di sisi pertahanan udara saja, mereka masih jauh tertinggal. Untuk menutupi kekurangannya, Iran fokus pada persenjataan berupa rudal. Iran diketahui memiliki enam tipe rudal yaitu Shahab 1, Shahab 2, Qiam-1, Fateh-110, Zolfaghar, dan Shahab 3.
Untuk nuklir, Iran mengklaim tidak memilikinya, namun memiliki kemampuan untuk menciptakannya. Iran sendiri sudah mengurangi program pengayaan nuklir hingga 97 persen di kesepakatan JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action) yang kala itu bertujuan untuk meringankan sanksi Iran.
ISTMAN MP | AL JAZEERA
https://www.aljazeera.com/news/2020/10/19/defence-minister-says-iran-will-export-arms-responsibly