TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis Hong Kong, Nathan Law, memberi dukungan kepada aksi demonstrasi di Thailand, yang menuntut Perdana Menteri Prayuth Chan-o-cha mundur dari jabatannya.
Law tiba di Inggris pada 14 Juli 2020 setelah merasa tertekan oleh tindakan pemerintah Hong Kong dukungan Cina, yang dianggap menekan kebebasan berekspresi dan demokrasi di kota semi-otonom itu.
“Bersikap baik terhadap rekan-rekanmu, percaya pada kebijakan kolektif, bersikap cair dalam strategi, dan teguh dalam tindakan,” cuit Law pada Ahad, 18 Oktober 2020, untuk mendukung unjuk rasa di Thailand.
Nathan Law menambahkan,”Jangan pernah kehilangan harapan, tetap jaga keamanan.”
Aksi demonstrasi terus bergulir selama tiga bulan terakhir di Thailand, yang digerakkan oleh kalangan mahasiswa dan pemuda.
Mereka menuntut PM Prayuth Chan-o-cha untuk mundur dari jabatannya. Prayuth adalah bekas pemimpin junta militer, yang melakukan kudeta pada pertengahan 2014.
Demonstrasi ini juga meminta reformasi kerajaan agar tidak terlalu mencampuri urusan kenegaraan. Para mahasiswa juga mendesak penyusunan konstitusi baru untuk mengganti konsistusi saat ini, yang dirancang oleh juta militer.
Dalam aksinya, sejumlah demonstran mengadopsi taktik ‘Be Water’ atau menjadi seperti air, yang diterapkan oleh demonstran Hong Kong, yang memprotes intervensi Cina di kota pusat keuangan dunia itu.
13 orang aktivis bertemu pertama kali di perempatan Asok di Bangkok pada Ahad. Mereka saling memberi informasi setelah ribuan demonstran membubarkan diri secara damai. Ketiganya juga bersepakat membentuk grup chat baru untuk mengoordinir aksi demonstrasi berikutnya.
“Saya datang hari ini untuk membantu organisasi demonstrasi ini. Tapi saya lihat tidak ada yang berbicara di panggung, jadi saya mulai berbicara,” kata Omyim, yang menyebutkan nama aliasnya, soal aksi demonstrasi di Thailand pada akhir pekan lalu.
Sumber