TEMPO.CO, Jakarta - Polisi Prancis telah menahan sembilan orang terkait serangan teror berupa pemenggalan guru di Prancis, yang terjadi pada Jumat, 16 Oktober 2020.
Polisi menahan empat orang anggota keluarga dari pelaku, yang berusia 18 tahun dan keturunan dari Chechnya, Rusia.
Lalu, polisi juga menahan lima orang lainnya pada malam harinya termasuk ayah seorang siswa di College du Bois d’Aulne, tempat korban guru sejarah Samuel Paty mengajar.
Jaksa anti-teror mengatakan ini termasuk seorang kenalan dari ayah seorang murid di sekolah itu, yang dikenal dinas intelijen setempat.
Sedangkan media lokal BFM TV melansir polisi telah menahan orang kesepuluh terkait insiden guru Prancis tewas dipenggal itu.
“Ayah murid itu merekam beberapa video yang berisi kecaman terhadap guru dan menyebutnya kriminal dan memintanya agar diberhentikan dari sekolah,” begitu dilansir Reuters pada Sabtu, 17 Oktober 2020.
Di dalam salah satu video itu, ayah murid tadi mendesak orang-orang untuk bergabung. Dia juga berkata,”Berhenti, jangan sentuh anak-anak kami.” Video itu disebarkan di jaringan sosial.
Jaksa penuntut mengatakan saudara perempuan dari ayah murid tadi telah bergabung dengan kelompok ISIS di Suriah pada 2014.
Namun, jaksa penuntut mengatakan belum jelas apakah pelaku penyerangan guru mengenal ayah dari murid sekolah dan saudara perempuannya.
Sejumlah orang tua murid menaruh bunga di pintu gerbang sekolah. Mereka mengatakan anak-anaknya merasa takut dengan peristiwa ini.
“Anak saya merasa ketakutan, merasa terteror oleh tindakan kejam seperti itu. Saya tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan kepadanya soal ini,” kata seorang ayah di Twitter.
Tagar #JeSuisSamuel atau #SayaSamuel menjadi trending di sosial media seperti pada tagar #JeSuisCharlie yang menyerukan solidaritas seusai serangan terhadap majalah Charlie Hebdo pada 2015. Majalah ini sempat mempublikasi gambar kartun Nabi Muhammad sebelum insiden serangan terorisme terjadi pada Januari 2015 dan menewaskan 12 orang dan melukai 11 orang lainnya.
Sumber