TEMPO.CO, Jakarta - Remaja pelaku penyerangan guru di Prancis sempat bertanya kepada para murid di jalan mengenai identitas calon korbannya.
Jaksa penuntut anti-terorisme, Jean-Francois Ricard, mengatakan petugas menemukan pesan yang diunggah ke akun Twitter dan berisi pengakuan di ponsel pelaku dalam kasus serangan guru Prancis tewas dipenggal ini.
Pelaku, yang lahir di Chechnya, Rusia, tewas ditembak polisi setelah melakukan serangan. Dia membunuh guru sejarah Samuel Paty, 47 tahun, di Kota Conflans-Sainte-Honorine pada Jumat, 16 Oktober 2020.
Polisi menemukan sebuah foto jasad guru yang tewas dibunuh pada ponsel pelaku, yang ditemukan dekat jasadnya.
“Atas nama Allah yang maha pengasih dan penyayang, kepada (Presiden Emmanuel) Macron, pemimpin kafir, saya telah mengeksekusi salah satu anak buahmu yang berani menghina (Nabi) Muhammad,” begitu isi pesan dari akun Twitter milik pelaku seperti ditemukan pada ponselnya seperti dilansir Reuters pada Sabtu, 17 Oktober 2020. Twitter telah menghapus pesan itu dan memblokir akunnya.
Sebelum insiden serangan terorisme ini terjadi, Paty pernah menunjukkan kepada murid-muridnya kartun Nabi Muhammad, yang telah menimbulkan kemarahan sejumlah orang tua murid Muslim. Ini terkait keyakinan warga Muslim bahwa penggambaran sosok nabi merupakan penghinaan.
Ricard mengatakan penyerang, yang berasal dari Chechnya, tinggal di Kota Evreux, Paris barat laut, dan tidak dikenal oleh dinas intelejen setempat.
Pembunuhan guru sejarah ini mengagetkan warga Prancis dan mengingatkan insiden serupa yang terjadi kepada sejumlah jurnalis dari majalah Charlie Hebdo. Majalah itu mempublikasikan kartun nabi sebelum insiden penyerangan terjadi pada Januari 2015. 12 orang tewas akibat serangan menggunakan senjata api dan 11 orang lainnya terluka.
Perdana Menteri Jean Castex mengatakan serangan terhadap guru itu menunjukkan adanya teroris Islamis.
“Saya ingin berbagi dengan Anda kemarahan saya. Sekularisme, yang menjadi tulang punggung dari Republik Prancis, menjadi target dari serangan keji ini,” kata Castex.
Sejumlah organisasi, kelompok anti-rasisme, dan tim dari Charlie Hebdo, mengorganisir pertemuan di Paris pusat pada Ahad untuk mengenang guru yang menjadi korban serangan terorisme ini.
Sumber