TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad meragukan klaim pemimpin oposisi, Anwar Ibrahim, yang mengaku memiliki dukungan suara di parlemen untuk menjadi perdana menteri.
Mahathir mengklaim, bahkan jika Anwar memegang mayoritas, itu tidak akan menyelesaikan kebuntuan politik Malaysia saat ini.
Anwar Ibrahim bertemu raja pada Selasa dalam upaya untuk membuktikan bahwa dia memiliki mayoritas parlemen untuk membentuk pemerintahan dan mengambil alih Perdana Menteri Muhyiddin Yassin.
Mahathir, yang pernah bergabung dalam satu koalisi dengan Anwar, mengatakan bahkan dengan kepemimpinan baru Malaysia akan tetap rentan terhadap perubahan aliansi politik, terutama oleh bekas partai yang berkuasa di Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO).
"Jadi situasinya sangat tidak pasti...bagaimanapun juga, akan ada situasi di mana tidak ada pemerintah di negara itu," kata Mahathir kepada Reuters, 16 Oktober 2020.
Mahathir, dengan dukungan Anwar, memenangkan pemilu 2018 yang mengakhiri enam dekade pemerintahan UMNO dengan kampanye melawan korupsi.
Tetapi pemerintahannya runtuh setelah konflik internal dalam koalisi Pakatan Harapan awal tahun ini, membuka jalan bagi Muhyiddin untuk mengambil posisi pada bulan Maret dengan dukungan UMNO.
Pemerintahan Muhyiddin yang berusia tujuh bulan bertahan dengan mayoritas 222 kursi parlemen.
Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim saat konferensi pers di Kuala Lumpur, Malaysia 23 September 2020. [REUTERS / Lim Huey Teng]
Sementara pada Selasa, Anwar Ibrahim diperiksa polisi terkait enam kasus, salah satunya tuduhan sodomi.
Anwar Ibrahim menyebut pemeriksaan oleh kepolisian federal sebagai upaya menekan dirinya secara politis setelah dia mengumumkan mendapat dukungan parlemen, Malay Mail melaporkan.
Dia awalnya dipanggil ke Bukit Aman untuk menjawab pertanyaan tentang daftar anggota parlemen yang dia klaim mendukung dirinya.
“Ya, ada, tapi ini normal dan ini hanyalah plot politik untuk menekan saya pada saat yang genting,” katanya ketika ditanya apakah polisi juga sedang menyelidikinya untuk kasus sodomi.
Dia mengatakan penyelidikan hari ini sebagian besar pada politik, daftar anggota parlemen dan pertemuannya baru-baru ini dengan Yang di-Pertuan Agong.
"Jadi saya katakan bahwa pertemuan itu antara saya dan Agong dan tidak pantas bagi orang untuk mengetahui secara mendalam apa yang terjadi antara saya dan Agong," katanya kepada wartawan di luar Bukit Aman, markas besar kepolisian Malaysia.
Mahathir, yang menjanjikan kursi perdana menteri ke Anwar setelah memenangkan pemilu 2018, mengatakan dia tidak mendukung Anwar atau Muhyiddin.
Politisi veteran berusia 94 tahun itu bersama lima anggota parlemen federal lainnya dari partai Pejuang yang baru dibentuknya, masing-masing mengajukan mosi tidak percaya pada kepemimpinan Muhyiddin pada hari Jumat.
Mahathir, yang keputusannya memecat Anwar sebagai wakilnya selama masa jabatan pertamanya sebagai perdana menteri memicu perseteruan 20 tahun di antara mereka, menolak klaim terakhir mantan anak didiknya tentang mayoritas parlemen.
"Ini adalah hal yang paling disukai Anwa...Sudah tiga kali dia mengklaim mendapat dukungan bahwa dia akan menjadi perdana menteri yang benar, hanya untuk menemukan bahwa dia tidak memiliki dukungan," kata Mahathir.
Anwar Ibrahim belum merespons komentar Mahathir.
Jika Anwar Ibrahim benar-benar memiliki dukungan mayoritas parlemen, maka ini akan menjadi puncak upayanya selama 22 tahun, yang berarti akan menjadi perdana menteri Malaysia yang ketiga untuk tahun ini.
Sumber:
https://uk.reuters.com/article/uk-malaysia-politics-mahathir/malaysias-mahathir-says-political-uncertainty-wont-end-with-anwar-as-pm-idUKKBN2710TE
https://www.malaymail.com/news/malaysia/2020/10/16/anwar-says-under-police-probe-for-six-cases-including-sodomy-allegation-cla/1913392