TEMPO.CO, Jakarta - Jepang memutuskan untuk membuang air yang terkontaminasi radioaktif kebocoran pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima setelah hampir sepuluh tahun insiden berlalu.
Satu juta ton air yang disimpan akan dirilis pada bulan ini setelah perdebatan panjang mengenai dampak pembuangan terhadap lingkungan dan permukiman sekitar, menurut laporan Reuters, 16 Oktober 2020.
Keputusan tersebut diperkirakan akan membuat marah negara-negara tetangga seperti Korea Selatan, yang telah meningkatkan uji radiasi makanan dari Jepang, dan selanjutnya menghancurkan industri perikanan di Fukushima yang telah berjuang menentang rencana pembuangan air selama bertahun-tahun.
Pembuangan air yang terkontaminasi di pabrik Fukushima Daiichi telah menjadi masalah lama bagi Jepang karena hal itu berlanjut dengan proyek penonaktifan selama beberapa dekade. Hampir 1,2 juta ton air yang terkontaminasi saat ini disimpan dalam tangki besar di fasilitas tersebut.
Pembangkit listrik yang dijalankan oleh Tokyo Electric Power Company Holdings Inc itu mengalami beberapa kali krisis nuklir setelah gempa bumi dan tsunami tahun 2011.
Pada hari Jumat, Menteri Perindustrian Jepang Hiroshi Kajiyama mengatakan belum ada keputusan yang dibuat tentang pembuangan air, tetapi pemerintah akan segera membuat keputusan akhir.
"Untuk mencegah penundaan dalam proses dekomisioning, kami perlu membuat keputusan dengan cepat," katanya dalam konferensi pers.
Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut, termasuk kerangka waktu.
Pada foto 23 Februari 2017, seorang karyawan berjalan melewati tangki penyimpanan untuk air yang terkontaminasi di PLTN Fukushima Dai-ichi yang terkena dampak tsunami di Tokyo Electric Power Co. (TEPCO) di kota Okuma, perfektur Fukushima , Jepang. (Foto Tomohiro Ohsumi / Pool via AP, File)
Surat kabar Jepang, Asahi, melaporkan bahwa pelepasan air diperkirakan akan memakan waktu sekitar dua tahun untuk mempersiapkannya, karena air yang diradiasi di situs tersebut terlebih dahulu harus melalui proses penyaringan sebelum dilepaskan ke laut.
Pada tahun 2018, Tokyo Electric meminta maaf setelah mengakui sistem penyaringannya tidak menghilangkan semua bahan berbahaya dari air, yang dikumpulkan dari pipa pendingin yang digunakan untuk menjaga inti bahan bakar agar tidak meleleh ketika pembangkit listrik itu rusak.
Pihaknya juga berencana untuk menghilangkan semua partikel radioaktif dari air kecuali tritium, isotop hidrogen yang sulit dipisahkan dan dianggap relatif tidak berbahaya.
Praktik pembuangan air yang mengandung tritium ke laut lazim dilakukan oleh pembangkit listrik nuklir di seluruh dunia.
Pada bulan April, tim yang dikirim oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk meninjau masalah air yang terkontaminasi di situs Fukushima mengatakan opsi pembuangan air yang direncakan oleh komite penasehat di Jepang, termasuk pelepasan uap dan pembuangan ke laut, secara teknis layak. IAEA mengatakan kedua opsi itu digunakan dengan mengoperasikan reaktor nuklir.
Pekan lalu, perwakilan industri perikanan Jepang mendesak pemerintah untuk tidak mengizinkan pelepasan air yang terkontaminasi dari pabrik Fukushima ke laut, dengan mengatakan hal itu akan menggagalkan upaya mereka bertahun-tahun untuk memulihkan reputasi perikanan mereka.
Korea Selatan telah mempertahankan larangan impor makanan laut dari wilayah Fukushima yang diberlakukan setelah bencana nuklir dan memanggil seorang pejabat senior kedutaan Jepang tahun lalu untuk menjelaskan bagaimana rencana Tokyo untuk menangani masalah air Fukushima.
Pemerintah pusat Jepang mengumumkan akan mengamankan sekitar 1,6 triliun yen (Rp 223,7 triliun) untuk rencana pemulihan lima tahun dari tahun fiskal 2021, The Japan Times melaporkan. Sekitar 1,1 triliun yen (Rp 153,8 triliun) di antaranya akan dialokasikan untuk Prefektur Fukushima, secara terpisah 100 miliar yen (Rp 13,9 triliun) akan disalurkan ke wilayah zona tidak berpenghuni yang terletak di luar zona pemulihan yang ditentukan. Tetapi detail spesifik tentang apa yang harus dilakukan dengan tempat-tempat itu belum dipetakan.
Selama pengundian tuan rumah Olimpiade pada 2013, perdana menteri saat itu, Shinzo Abe, mengatakan kepada anggota Komite Olimpiade Internasional bahwa fasilitas Fukushima sudah di bawah kendali.
Olimpiade telah ditunda hingga 2021 karena pandemi vorus cprpma dan beberapa acara dijadwalkan diadakan dalam jarak radius 60 km reaktor Fukushima.
Pada 26 September Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengunjungi reaktor nuklir nomor 1 Fukushima.
Perdana menteri Jepang yang baru terpilih itu mengatakan sehari sebelum kunjungan tentang pembangunan kembali wilayah terdampak radioaktif nuklir dengan mewarisi kebijakan dari pemerintahan sebelumnya dan terus mendorong kemajuan rekonstruksi Fukushima.
Sumber:
https://uk.reuters.com/article/uk-japan-disaster-water/japan-to-release-fukushimas-contaminated-water-into-sea-reports-idUKKBN27036W
https://www.japantimes.co.jp/news/2020/10/16/national/fukushima-blank-spaces-decontamination-limbo/
https://www.japantimes.co.jp/news/2020/09/26/national/yoshihide-suga-visits-fukushima-nuclear-power-plant/